*aku bersedia*




Perlahan tapi pasti, hati ini menjadi ringkih. 
Tidak siap mengatakan, karena memang waktunya pun belum datang. 
Tak kuat untuk menyimpan, tapi mencoba bertahan dengan iman dan sabar. 

Tidak ada yang datang hanya dengan memikirkannya kan? 
Namun bagiku, cukuplah mengharapkanmu dalam diam. 

Menahan. 
Mulut ini diam bukan lantaran bisu, 
Hanya ada beberapa hal yang memang tidak harus disampaikan. 

Aku tidak pandai mengatur kata-kata yang berantakan ini, seberantakan rasa ini. 
Biarlah perasaan ini tetap menjadi misteri yang kita nikmati sendiri. 

Walau tak ada kata yang terucap untuk memberi arti, 
Pun kita memang sudah sama-sama mengerti. 
Karena hanya itu yang kita ketahui di bumi ini dan hanya itu yang kita perlu tahu. 

Jika sudah begini, 
Tentu kamu dan aku tidak ada yang perlu lari atau bersembunyi. 
Kita sama-sama sedang menunggu dengan sabar, bergelut dalam euforia penantian. 

Dan untuk sekarang, mari masing-masing berjuang. 
Untuk diri kita, keluarga kita, agama kita, hidup kita. 
Hingga jika Allah memang mempertemukan kita lagi nanti, 
Kita telah siap untuk mengatakan, "Aku bersedia." 


*terinspirasi dari catatan seseorang dg beberapa perubahan

beri hamba kesempatan




Setiap habis Ramadhan
Hamba cemas kalau tak sampai
Umur hamba di tahun depan
Berilah hamba kesempatan

Setiap habis Ramadhan
Rindu hamba tak pernah menghilang
Mohon tambah umur setahun lagi
Berilah hamba kesempatan 
(Bimbo)

Pada suatu masa aku mensyukuri layaknya hujan yang begitu dinanti setelah kemarau yang berkepanjangan, yang hadirnya dicintai karena suburkan dan sejukkan bumi yang kering kerontang.

Namun kini, sekali lagi, kau harus pergi. Layaknya hujan yang berpamitan dan meranggaskan jati. Tidak, tidak untuk membuat jati mati. Hanya saja ia memang harus meranggas agar tumbuh kuncup-kuncup jiwa baru yang siap bersemi saat kau datang lagi.


Maafkan aku yang tak pandai memanfaatkan kesempatan. Kau sudah berkali-kali menyempatkan datang namun aku selalu tak cukup sempurna mengakhiri semuanya. Namun semoga diriku yang lagi-lagi belum sempurna ini bisa menjadi salah satu alasan bagimu untuk kembali lagi dan menyempurnakanku.

semoga Allah masih memberi kita kesempatan untuk dipertemukan dg Ramadhan tahun depan... aamiin

the best!!








Dia, selaluu memberikan yang terbaik ^_^

"Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar."

(QS. Annisaa [4]: 40)

believe in yourself!




Ahad pagi,, seperti pagi-pagi kemarin,, masih galau dengan mekanisme reaksi yang harus direvisi.. heuuhh,, berusaha menyemangati diri sendiri,, tanpa sadar jari ini tergoda mengetik sebuah pesan pada seorang kawan.. berawal dari pinjam buku yang akhirnya pasti mengarah ke topik yang memang sedang hangat dibicarakan oleh mahasiswa semester akhir,, apalagi kalau bukan tentang cin-TA..

"punya buku ...... ?"  
 "he.em," kujawab sekenanya.
"asiiik..." balasnya girang.
"asik kenapa?" pura-pura bertanya padahal aku tau maksud smsnya.
"ikutan ngantri bukunya ya?" tuh kan bener dugaanku..
"ga ada yang ngantri kok, mau pinjam sekarang? kan km sudah selesai sidang," hmm,,berbeda denganku,, dia sudah menyelesaikan sidang akhirnya..
"belum selesai tau.. masih revisi nih.."
"ooh,, sama aku juga lagi revisi tapi belum sidang. ini revisi dari hasil uji kelayakan kemarin," aku menjelaskan..
"kapan gitu sidangnya?" sensitif sama pertanyaan ini :(
"setelah selesai revisi, maksimal tanggal 24 Juli harus sidang. masalahnya ini dosen penguji kelayakan baru bisa ditemui selasa besuk." ceritaku panjang lebar.
"tinggal nemui aja toh?" tanyanya.
"masalahnya aku belum menemukan mekanisme reaksiku. aku takut..." curhat singkatnya seperti itu karena sms yang kukirim tidak tersimpan dalam sent item di hpku.

beberapa lama kemudian... muncul namanya di layar hpku...
" TA itu karyamu, kamu menghabiskan waktumu bersamanya, mencurahkan segala pikiran untuknya, berjuang dengannya untuk bahagia bersama. oleh karenanya, tidak ada orang lain yang paling ngerti dia. so, ga perlu panik, karena hanya kamu yang paling paham dengan TA mu.."

MJJ alias mak jleb-jleb smsnya.. langsung kubalas..
"iya seh, tapi dasarnya aku masih kalah dibanding orang2 yang mengadiliku di ruang sidang.." aku masih saja ngeyel..

dia membalas lagi...
"TA hanya butuh kepercayaan diri dari pembuatnya, bila pembuatnya saja tidak yakin sudah pasti TAnya tidak akan menjadi baik. saat sidang, q memposisikan diri sebagai sales yang sangat yakin dan bangga memaparkan prodaknya (TA) dan tetap open mind atas masukan/keluhan konsumen (penguji)..."


yaa,, bener banget apa yang dia katakan.. selama ini aku belum sepenuhnya yakin dengan apa yang aku hasilkan dari penelitian ini. aku selalu takut untuk ditolak, takut ga layak, takut ga lulus.. meski aku sadar dan sangat sadar,, ga seharusnya aku berpikir kaya gitu..

kini,, saatnya memperbaiki semuanya.. ayo isti,, percayalah,, kamu pasti bisa.. do the best!! ga usah mikir lulus ato ga nya.. tapi lakukan apapun yang bisa kamu lakukan,, selanjutnya serahkan pada Sang Pemberi Keputusan, ALLAH SWT.. yakinlah,, bahwa apa yang Dia berikan adalah yang terbaik untukmu.. jangan takut dan jangan ragu... tetep semangat.. yakin BISA!!

"Kepunyaan Allah lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada Allah lah dikembalikan segala urusan."
(QS. Al Imran[3]: 109)

just focus on doing what u can



tenang, serahkan saja semua urusan pada Dia.
rencana-Nya selalu indah. insyaAllah :-)

"Kepunyaan Allah lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada Allah lah dikembalikan segala urusan."
(QS. Al Imran[3]: 109)


#edisi menenangkan diri di tengah2 revisi naskah tugas akhir.. Ya ALLAH,, mudahkan dan jangan Engkau sukarkan.. aamiin

pengawal kita




"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir."

(QS. Qaaf [50]: 16-18)

#jadi ingat dulu waktu abis ngaji di madin pas ustadznya cerita kalo setiap yg kita lakukan ada malaikat yg mencatatnya. dan catatan itu akan dilaporkan kepada Allah.. abis denger itu saya jadi takuuutttt bgt berbuat nakal,, takut dimarahi ALLAH kalo catatan amal saya jelek.. saat itu saya masih umur sekitar 5 tahunan.. hmm,,, sekarang??????



yuuukkk,,, melakukan yang terbaik!  \(^_^)p

dariNYA,, untukmu muslimah

how special we are..........................



karena aku percaya






Meski entah kapan saatnya tiba


Ini hanya masalah waktu


Misteri yang indah mengalir bersama air dan terbang bersama angin.




Tapi, akankah kau percaya itu terjadi suatu hari nanti?

Karena aku percaya....



Untuk sebuah dialog tanpa ruang dan tepi

Ragaku, masih disini

Menanti.....

still here

Kau ada disini,,,




Hanya saja, mungkin Allah sedang menguji persahabatan kita. Percayalah, ada rindu meski tidak terucapkan. Ada curahan hati meski tidak tersampaikan. Ada kepedulian meski tidak tertunjukkan. Suatu hari nanti, Allah akan menunjukkan jalan yang entah seberapa jauh dan berliku, tapi kita dan sahabat yang lain, pasti bersatu, dalam kebaikan, dan ridho-Nya. Dalam suatu hubungan, yang dibangun karena-Nya...

I really love you





I’m feeling tired today
Left alone in the room hugging a pillow
Touching my phone distracted my mind
It’s lonely to eat tonight


Suddenly, i was frightened by the ringing phone
my mom’s worried voice asked if i’ve eaten
these words annoyed me but today it’s different
The forgotten promises are remembered

I will be a person with pretty heart
And become a person who is selfless
I’ll keep the love of my mother’s wishes
I think of mother who used to share my dreams and brush my hair

Though I’ve made hurtful wrong choices
You silently watched over me from behind
But now I think more than an innocent child
The meaning of mom’s silent prayers

What will i do, yet my heart is small
Can I do better without holding mother’s hand

I’m afraid that it will still lack
I’ll be a wise daughter of my mom
I will be a proud daughter no matter where I go
I’ll keep the love of my mother’s wishes
I’ll show endless love
I’ll have a warm heart
I’m shy to express to mom

That I really love my mom

smile :)




"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia & hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia".


Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".


(QS. Al Isra [17]: 23-24)

masih sama


Ya Allah.. aku takut
Jaga aku, dengan penjagaan sempurna-Mu
bantu aku mengendalikan diriku
mengendalikan hati dan sikapku
mudahkan usahaku untuk beristiqomah
mudahkan Ya Allah.. mudahkan..






dalam diam aku berikhtiar, dalam diam aku mempersiapkan

optimal!!




sedang galau2nya mengerjakan tugas akhir. sering merasa ga mampu, apalagi dengan pemahaman mata kuliah yg tidak seberapa melekat dalam otak. huufftt,, kadang sempet nyesel juga kenapa ga serius menjalani ini semua. Astaghfirullah, penyesalan memang selalu datang di akhir. tapi ga boleh terus2an menyesal, apalagi malah jadi malesan. keep struggle, because there are many people wait ur success.. Do the best as u can!! Selama ini mana pernah sampe ngerasa kaya gini?? yakinlah, pasti bisa terlewati dg indah.. Allah sayang padamu,, masih belum percaya kah?? astaghfirullah,, isti mohon ampun ya Allah..

meski masih terseok-seok dengan berbagai halangan dan rintangan yg tiba2 datang,, jangan takut!! ini adalah batu loncatan, untuk kamu bisa lebih kencang berlari.. tetep SEMANGAT dan YAKIN BISA!!

ayoo,, optimalkan usahamu, biar Ia yang menyelesaikan apa yang tak mampu kau melakukannya.

lakukan sesuai kemampuanmu (yg sesungguhnya), dan biarkan Ia menyelesaikan selebihnya.. ^_^

seperti balita yang tidak takut jatuh saat belajar berjalan.. karena tanpa melaluinya, dia takkan bisa berlari \o/

kisah klasik

hehe,, ketawa ketiwi saat buka2 file LKMM yang pernah kuikuti.. setiap kali akan mengikuti LKMM pastinya harus menyertakan essay "WHO AM I".. paling muales sebenernya kalu disuruh nulis beginian.. sedikit mengambil salah satu essay yang entah lupa ini untuk pelatihan apa. PP LKMM kayaknya... unyu dan polos banget ternyata aku dulu.. wkwkwk.. :D



WHO AM I

Saya, Istiqomah adalah seorang gadis yang lahir di kota Blitar pada 8 Februari 1990. Terlahir sebagai anak pertama dari pasangan suami istri Mukani dan Mistiani. Sejak dilahirkan sampai sekarang, saya tinggal bersama orang tua dan adik saya di Kebonroto, Sidomulyo, Selorejo, Blitar. Sebagai anak pertama sebagai harapan orang tua dan contoh yang baik bagi adik saya, dari kecil saya berusaha untuk menjadi yang terbaik dalam segala hal. Salah satunya dengan menimba ilmu di almamater ITS, Surabaya, tepatnya di jurusan Kimia FMIPA ITS. Karena cita-cita tersebut, saya harus meninggalkan kampung halaman tercinta dan tinggal di Surabaya tepatnya di Keputih gang makan D-06. Tinggal jauh dari keluarga membuat saya lebih mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Inilah perubahan yang sangat saya inginkan selama ini.
Saya adalah orang periang dan mudah beradaptasi dengan lingkungan di sekitar saya. Saya peka dan perasa jika ada suatu hal yang berbeda di lingkungan saya terutama perubahan itu terjadi pada orang-orang terdekat saya. Secara keseluruhan, saya adalah orang yang mampu ditebak sifat maupun suasana hatinya. Saya bukan orang yang pandai menyembunyikan kebahagiaan, kemarahan, kesedihan, maupun kegelisahan, serta keputus-asaan yang melanda diri saya. Itulah saya, seorang yang periang, perasa, mudah ditebak, namun penuh keyakinan melangkahkan kaki di kehidupan yang singkat ini.
Saya adalah manusia yang diciptakan dengan ketidak sempurnaan, namun sebagai manusia yang haqiqi, saya harus selalu bergerak maju dalam setiap langkah kehidupan saya. Seperti pelangi yang memiliki keanekaragaman warna, manusia pun memiliki keanekaragaman dalam menentukan tujuan hidupnya yang tergambarkan pada setiap perilaku dan aktivitas. Dengan kerja keras, tekun, kesabaran dan berdoa, saya yakin kelak saya dapat meraih apa yang saya impikan. Rasa yakin dengan perjuangan akan membuahkan hasil yang baik adalah pegangan dalam hidup saya untuk terus maju apapun yang terjadi. Dari sekian banyak ketidaksempurnaan yang saya miliki, pemalas dan pelupa adalah kata yang tepat untuk menunjukkan sisi dominan dari ketidak sempurnaan yang ada pada diri saya selama ini. Namun rasa yakin yang saya miliki dapat meyakinkan diri saya bahwa semua itu akan berubah.
Karena tidak dapat dipungkiri dalam kurun 1,5 tahun terakhir inilah saya merasakan begitu banyak perubahan yang terjadi pada diri saya. Misalnya, untuk mengantisipasi rasa malas, saya selalu memotivasi diri saya dengan cara mengingat dan menulis kata-kata penyemangat dari sosok yang paling berjasa dan selalu mendukung dalam setiap langkah saya yaitu ibu saya. Sifat pelupa yang saya miliki mendorog saya untuk selalu membuat jadwal harian dan menulis agenda apa yang harus saya lakukan pada hari itu. Dalam segala hal, belum terlalu banyak untuk menjadi manusia sempurna, namun cukup untuk melangkahkan satu langkah kaki saya dalam menjadi manusia yang lebih baik.
Sebagai manusia yang memiliki perbedaan dengan manusia yang lain, maka diperlukan rasa saling mengerti, peduli dan tanggung jawab dalam melakukan setiap aktivitas dalam kehidupan. Disini, ketiga sifat tersebut merupakan pedoman saya untuk belajar mengerti keadaan yang ada di lingkungan sekitar saya. Mengerti, peduli, dan tanggung jawab adalah pegangan saya dalam menjalin kehidupan dengan sesama manusia maupun dengan sesama zat ciptaan ALLAH SWT.
Saya saat ini mengemban amanah di Keluarga Mahasiswa ITS (KM-ITS) menjadi staff Departemen Humas HIMKA, pengurus organisasi di Koperasi Mahasiswa “dr. Angka” ITS (KOPMA “dr. Angka” ITS). Peran saya di KOPMA “dr. Angka” ITS adalah sebagai staff Pengembangan Sumber Daya Anggota (PSDA). Dalam bidang ini, saya mempunyai amanah dalam pengembangan sumber daya anggota yang meliputi kaderisasi, pemeliharaan, dan pembianaan anggota.  Selain sebagai staff PSDA, saya di KOPMA “dr. Angka” ITS diamanahi juga sebagai Trainer KOPMA yang tergabung dalam forum yang diberi nama BLUEBERRY. Dalam forum ini, saya dapat menggali seluruh potensi yang ada dalam diri saya karena untuk menjadi seorang Trainer KOPMA dituntut harus bisa berpikir krirtis dan kreatif dalam menyusun sebuah materi.  Selain itu, saya juga dituntut untuk bisa berkomunikasi secara efektif kepada para peserta. Kemampuan ini juga harus saya miliki ketika menjadi Pemandu LKMM. Walaupun memiliki kesibukan yang cukup tinggi, saya tetap berpegang teguh pada prinsip bahwa antara kegiatan organisasi dan kegiatan akademik sebisa mungkin tidak saling menggganggu. Karena saya yakin bahwa nantinya pada saat  berada di dunia kerja, softskill juga sangat saya butuhkan. Oleh karena itu, untuk tahun ketiga dan nanti, sebisa mungkin tetap berkontribusi di organisasi tersebut. Tahun ketiga dengan menjadi kabid dagri di HIMKA dan asdir PSDA di KOPMA.



yaahh,, di tahun ketiga ternyata tak seperti rencana.. kabid dagri?? ga jadi.. maaf untuk kakak2 yg merasa kecewa dg keputusan saya dulu. asdir psda?? alhamdulillah,, janji ini tertunaikan.. awalnya ga niat nulis ini di essay tapi akhirnya malah jadi semangat,,hoho suka banget.. apalagi kekeluargaannya.. amanah ini jugalah yg membuatku banyak belajar.. mbak ajeng,, thanks for everything you do for me.. di tengah2 sibuknya LAB dan PABRIK,, mbak selalu membimbing dan menyemangatiku.. krisna,, sahabat seperjuangan yg selalu membantu dan menyemangati.. maaf pernah mengecewakan dg janji yg tak dapat kutunaikan saat LKMM TM dulu.. thanks utk nasehat2nya.. grace,, i luv u... you always be my best friend :)




ga tau kenapa,, tiba2 kangen masa2 itu.. bersama kalian,,,..... 

Mendidik dg Cinta by Irawati Istadi



 “Dasar bandel! Dasar anak nakal! Sudah dibilangi kalau minta susu ya diminum, dihabisin. Nggak malah ditumpahkan ke lantai seperti itu! Susu itu mahal!” Seorang ibu uring-uringan memarahi Fifi, anaknya yang baru berusia 3 tahun. Bagaimana ia tidak jengkel, bila lantai yang baru saja dipel kini kotor lagi oleh tumpahan susu si kecil. Si kecil pun diam sambil menatap wajah ibunya yang kecapekan.

Sementara seorang ayah memarahi Latif, anaknya yang kelas satu SD, setelah dilapori wali kelasnya bahwa anaknya itu ketahuan mencuri uang temannya. “Kecil-kecil sudah jadi pencuri! Mau jadi apa kamu kalau besar nanti?” Katanya sambil berkacak pinggang.

Memang, mendidik anak memerlukan kesabaran ekstra. Ada kalanya orang tua kehilangan kontrol saat kondisi fisiknya lelah atau emosinya tidak stabil. Kata-kata makian terhadap anak seperti bandel, nakal, badung, dan sebagainya, seringkali meluncur tanpa dapat ditahan. Padahal, makian atau celaan seperti itu akan sangat menjatuhkan harga diri anak dan berakibat buruk bagi perkembangannya.

Mencerca Pribadi Hancurkan Harga Diri

Dalam masa perkembangannya semenjak lahir, setiap anak belajar menilai segala sesuatu. Begitu juga yang terjadi pada persoalan penilaian diri. Setiap anak akan menilai dan memandang seperti apa keadaan dirinya sendiri sesuai dengan cara pandang orang tuanya terhadap diri si anak.

Apabila pribadinya sering dicerca dengan julukan-julukan buruk seperti anak nakal, bengal, tak tahu aturan, pencuri, bodoh, pemalas, dan sejenisnya, maka akan terbentuk keyakinan dalam diri anak bahwa memang seperti itulah sebenarnya taraf kepribadiannya. Selanjutnya ia akan merasa wajar jika berbuat nakal, toh ayah ibu menyebutnya ‘anak nakal’.

Perkembangan buruk seperti ini bila diteruskan akan sampai pada tahap di mana anak akan selalu berusaha berperilaku sesuai anggapan terhadap kepribadiannya tersebut, sehingga ia akan merasa tak pantas jika berbuat baik, yang notabene menyalahi keyakinannya sebagai anak nakal dan bengal tersebut.

Sampai tahap ini perilaku anak bisa jadi sangat membuat orang dewasa terheran-heran, sebab ia sudah tak mempan lagi diberi nasihat dan motivasi untuk mau berbuat baik, kecuali jika perbaikan dimulai dengan mengubah cara pandangnya yang keliru dalam menghargai pribadinya sendiri. Sungguh ini sebuah perbaikan yang sulit untuk dilakukan.

Begitulah kenyataannya, bahwa setiap orang membentuk kepribadian sesuai dengan cara pandangnya terhadap dirinya sendiri. Itu sebabnya, akan sangat fatal akibatnya jika dalam masa perkembangan anak diberi contoh untuk menilai dirinya dengan sebutan dan panggilan yang buruk.

Anak tetap anak, sekalipun perilakunya buruk. Yang buruk adalah perilakunya, sementara pelakunya tetaplah anak baik. Jika patut dibenci, maka perilakunya yang harus dikutuk, bukan pelakunya. Sang anak sebagai pelaku tetap berhak untuk dicintai, disayangi, dan dihargai.

Jika Anak Salah, Tegur Perilakunya

Ketika seorang anak berbuat kesalahan, orang tua harus menegur ‘perilaku’ tersebut, tanpa mencela pelakunya. Anak harus mengerti letak kesalahannya. Ia harus mengerti betul bahwa orang tuanya marah, kecewa dan membenci perilaku yang baru saja dilakukannya, bukan marah dan membencinya.

Agar anak tahu bahwa orang tuanya tidak menyukai perilakunya, maka sebaiknya orang tua menunjukkan perasaan kecewa, marah dan ketidaksukaannya dengan sejelas-jelasnya. Bisa dengan mimik wajah yang penuh emosi, bisa pula dengan kata-kata yang keras.

Kembali pada kedua contoh kasus di awal tulisan ini, untuk Fifi yang menumpahkan susunya, akan lebih baik bila ibu marah dengan menegur perilakunya. “Fifi, sudah ibu bilangi berkali-kali kalau menumpahkan susu itu jelek! Itu perbuatan mubadzir! Susu itu harganya mahal!”

Sedangkan untuk kasus Latif, akan lebih baik bila ayah tidak menyebutnya sebagai pencuri. “Latif, kamu kan tahu mencuri itu perbuatan buruk? Dosa! Kenapa kamu melakukannya? Kalau butuh uang, bilang sama ayah, jangan mencuri milik orang lain!”

Kedua contoh tersebut sudah dapat menggambarkan dengan jelas apa yang dirasakan oleh ayah dan ibu. Tujuannya agar anak mengerti perasaan orang tua tentang perilaku anak yang buruk itu. Di sisi lain diharapkan dalam diri anak sendiri akan timbul perasaan yang tidak enak menghadapi kemarahan orang tuanya.

Cukup Sekali Saja

Teguran orang tua cukup dinyatakan sekali saja, anak sudah bisa memahami perasaan orang tuanya. Bila pernyataan ini diulang-ulang justru akan menimbulkan kebosanan, dan anak merasa digurui. Cara mendisiplinkan anak seperti itu tidak efisien.

Banyak orang tua yang merasa perlu memberi nasihat panjang lebar terhadap kesalahan anaknya, karena menangkap kesan anak tidak mendengar nasihat yang dikatakan orang tua. Anak-anak itu berbuat seenaknya, tak mendengar omelan orang tua. Tingkah anak itu membuat orang tua jengkel dan merangsangnya untuk semakin memperpanjang dan mengulang-ulang nasihat, semata-mata untuk melampiaskan kejengkelannya.

Sekali lagi, sikap orang tua sebenarnya cukup dinyatakan sekali, ditunjang ekspresi wajah tak lebih dari satu menit. Inilah bagian awal dari metode disiplin yang disebut teguran satu menit. Selanjutnya, akan tercipta suasana yang tidak menyenangkan bagi anak. Pada saat ini sebaiknya orang tua diam sejenak agar suasana yang tidak enak ini benar-benar dirasakan anak. Manfaatkan waktu ini untuk menarik nafas panjang, seakan telah usai menyelesaikan tugas berat berupa pengungkapan rasa kecewa atas perilaku anak yang buruk.

Selanjutnya, Hargai Pelakunya

Bagian berikutnya adalah saatnya menggunakan kebenaran lain selain kebenaran pertama yang telah dikatakan terlebih dahulu. Kebenaran kedua ini adalah bahwa diri anak-anak sebagai ‘pelaku’ sebenarnya tetap baik, bahwa orang tua tetap mencintai sepenuh hati, karena mereka pada dasarnya adalah anak-anak yang salih.

Bagian kedua ini harus diucapkan orang tua dengan ekspresi wajah penuh kasih sayang dan kelembutan. Bila perlu dengan memeluk dan mencium, agar anak bisa langsung merasakan bahwa bagaimanapun buruknya perilaku mereka, ternyata orang tua tetap mencintainya. Pernyataan ini pun tidak perlu diulang, cukup sekali saja.

Misalnya, untuk kasus Fifi, setelah ibu marah dan menegur perilakunya yang buruk, maka sebaiknya ibu membelai kepalanya sambil berkata, “Fifi kan anak salihah, anak pintar. Lain kali jangan menumpahkan susu lagi ya sayang…”

Demikian juga untuk kasus Latif. Setelah ayah menunjukkan kemarahannya, alangkah bijaksananya bila kemudian ia memeluk anaknya itu seraya berkata, “Latif kan anak yang salih…Masa’ anak salih mencuri, nanti jadi temannya setan. Lain kali jangan diulangi lagi ya….”

Kelebihan Metode Ini

Metode teguran satu menit mempunyai banyak kelebihan.

Pertama, melatih disiplin anak-anak untuk bisa meninggalkan perilaku yang buruk. Dalam setengah menit yang pertama, anak mengerti bahwa tindakannya yang buruk telah membuat orang tuanya kecewa dan marah. Peristiwa itu akan masuk ke alam memorinya, selanjutnya memorinya mencatat mana perilaku baik yang disenangi orang tua, dan mana perilaku buruk yang membuat orang tuanya kecewa dan marah.

Selanjutnya, dalam setengah menit kedua, anak segera dapat menemukan kembali citra dirinya yang positif sebagai anak yang baik. Mereka sangat menikmati belai kasih orang tua dalam selang waktu yang singkat ini. Buahnya, mereka menjadi senang dan bagga terhadap dirinya sendiri yang baik seperti kata orang tuanya.

Satu hal penting yang tak boleh dilupakan orang tua adalah semakin anak menyenangi dirinya sendiri, semakin besar kemauannya untuk berperilaku lebih baik.

Keuntungan kedua, metode ini bisa digunakan sebagai alat komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak. Banyak orang tua mengeluh karena tak bisa memahami jalan pikiran anaknya. Banyak yang tak mengenal anaknya sendiri karena kemacetan komunikasi. Anak tak pernah mau menyampaikan permasalahan yang ia hadapi kepada orang tua. Dengan bantuan metode ini, sedikit demi sedikit mulai berkembang iklim keterbukaan antara orang tua dengan anak. Komunikasi pun menjadi lancar, akrab dan harmonis. Hal ini bisa terjadi karena keberanian orang tua menunjukkan perasaan terhadap anak tanpa mencerca. Dalam setengah menit pertama menyalahkan habis-habisan perilaku anak yang buruk. Tetapi setelah itu menyatakan bahwa diri pribadi anak selalu tetap baik dan dicintai orang tua.

Memang dalam praktiknya metode ini agak sulit dilakukan, karena orang tua seolah-olah harus ‘bersandiwara’. Setelah marah-marah harus mengungkapkan rasa sayang. Yang pasti, walaupun sulit, tetapi demi perkembangan jiwa anak, tentu metode ini layak untuk dibiasakan...

Ketika rindu menyergap kalbu




Masih lekat dalam ingatan, saat menghabiskan waktu bersama. Berbagi cerita, merenda impian dan angan bersama. Lagi-lagi selalu dengannya…

Banyak waktu yang tak pernah kulewatkan sedetik pun untuk sekadar menyapanya. Bahkan mengeluarkan unek-unekku yang tiada habisnya. Hingga malam menjelang tiba, sungguh tak terasa…

Momen-momen yang selalu dijalani bersama, tak ayal membuat banyak orang iri akan kekompakkan kami. Seperti sepasang kakak-adik yang selalu ceria menikmati segala aktivitas.
Menemaninya adalah hobiku, seperti dia juga yang selalu menemaniku… Dari mengurusi keperluan hal sederhana hingga yang rumit, tak lepas aku darinya. Ahh, seperti saudara kembar yang sulit dipisahkan...

Sampai suatu saat, ada sebuah obrolan diantara kami… Ketika bercerita tentang masa depan, apa yang perlu dipersiapkan dan bagaimana menghadapinya. Banyak petuah bijak yang diberikannya. Aku ingat ketika banyak hal sepele yang kini rasanya sangat berarti ketika aku terapkan. Contohnya saja, aku belajar darinya untuk bisa mengarsipkan data-data dengan rapi. Ya, data-data yang berkaitan semua dengan anggota keluarga. Dimulai dari akte kelahiran, KTP, struk pembayaran PAM, PLN dan berkas-berkas lainnya. Semuanya dia simpan dengan rapi dalam sebuah map. Dulu aku anggap sepele sebuah kebiasaan seperti itu, tapi ternyata kini baru terasa… Aku harus mempraktekannya pula...

Dan masih ingat juga… Ketika nasihatnya membuatku harus berlaku lemah-lembut terhadap siapapun, tidak mudah mengeraskan suara dan mengangkat dahi lalu harus banyak mengalah hanya agar aku bisa diterima keberadaannya oleh orang lain. Kemudian dia juga mengajariku untuk bisa menjadi seorang wanita yang mandiri, tak ketergantungan terhadap siapapun. Bahkan beliau berpesan untuk aku bisa mencari penghasilan sendiri, agar tak mudah meminta-minta pada orang lain sekalipun itu pada suami atau anggota keluarga sendiri...

Struggle.. Ya, aku melihatnya seperti itu. Usia yang hampir senja, dengan semangatnya yang berjiwa muda tak membuatnya lelah dan berdiam diri di rumah sebagai ibu rumah tangga biasa. Dia tetap aktif dalam mengikuti majelis ta’lim, dia juga masih terus jalan kesana-sini demi menawarkan barang dagangannya. Atau dia sampai terkantuk-kantuk demi menjaga toko kecil yang tak seberapa pendapatannya. Ya, dia lakukan demi anaknya yaitu aku...

Dialah yang selalu mampu menstabilkan perekonomian keluarga, memposkan segala pemasukan untuk bisa diposkan kembali sebagai pengeluaran dengan baik...

Ahh.. habis kata untuk aku bisa mendefinisikannya. Dengan segala keterampilan yang dia punya, sebagai juru buat kue (paling jago kalu masalah ini), juru dakwah, juru dagang atau juru-juru lainnya… yang pasti beliau bagiku adalah juru ibu yang paling hebat sedunia…

Sampai sekarang dimana aku sudah jarang untuk bisa selalu bersamanya… Tak mampu lagi untuk selalu menemaninya…. Aku akan selalu mengingat segala petuah dan ajaran-ajarannya yang bermakna… Sebisa mungkin aku akan mempraktekannya dengan baik… Menjadi seorang anak yang harus tetap berbakti pada orang tua, dan aku adalah aku… Dimanapun berada, kehadiranku harus bisa memberi manfaat… Setidaknya itupula yang menjadi pesan dari seorang wanita hebat di kehidupanku.

Untukmu ibuku… Aku sangat rindu…..

Ibuku... Ketika rindu menyergap kalbu. Hanya bisa kutitipkan salam cintaku, semoga DIA menjagamu selalu... Luv u...

menjadi muslimah pembentuk peradaban


 Wanita adalah sebuah madrasah, apabila engkau persiapkan dengan baik maka sebenarnya engkau sedang mempersiapkan sebuah bangsa (generasi) yang mulia.
Bila kau letakkan seorang ibu sebagai pengajar, kau akan melihat suatu bangsa yang harum namanya”
“Mendidik muslimah artinya mendidik ummat”. Muslimah adalah madrasah pertama bagi putra putrinya. Selain itu muslimah merupakan pengatur lingkungan terkecil dalam dakwah. Begitu besarnya peran muslimah menuntut adanya berbagai penyiapan melalui serangkaian pembinaan yang terencana dan kontinyu. Pembinaan tersebut harapannya dapat menghasilkan muslimah yang tidak hanya solehah, tetapi juga calon istri yang taat dan ibu bagi generasi  (maratus sholihah, wa zaujatul muthiah, wa ummul madrasah). Hal inilah yang menjadi dasar pentingnya dakwah muslimah.
“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik apa yang telah mereka kerjakan.”
( QS. An-Nahl : 97)
Muslimah penggerak harus menyadari benar tentang tanggung jawab dakwah ilallah dan ketundukan kepada Allah SWT sebagai suatu yang pertama dan utama. Tidak bisa dipungkiri bahwa peran muslimah menempati tempat tersendiri dengan segala kekhasan yang dimilikinya dalam memperjuangkan dakwah muslimah. Kita bisa bercermin pada pribadi-pribadi muslimah seperti istri Rasulullah dan shahabiyah dalam pentas kehidupannya yang menggambarkan kemandirian, ketangguhan dan jiwa kepemimpinan, jiwa-jiwa seorang tokoh yang mampu menjadi ikutan dalam menyeru muslimah dan manusia ke jalan Allah.
Seorang muslimah mempunyai tanggung jawab besar dalam menjalani kehidupan ini. Menjadi anak terhadap orang tuanya, menjadi istri terhadap suaminya, manjadi ibu terhadap anak-anaknya, dan manjadi da’iyah sebagai pelayan umat. Untuk itu semua dibutuhkan muslimah tangguh; tangguh ruhiyahnya, tangguh fikriyahnya, dan tangguh jasadiyahnya.
Dalam menjalankan perannya dalam semua dimensi kehidupan, muslimah harus menyiapkan dirinya. Adapun persiapan yang perlu dilakukan oleh seorang muslimah adalah sebagai berikut.
 1.      Persiapan Spiritual
Keimanan merupakan pondasi utama yang harus dimiliki oleh seorang mukmin. Ukuran kekuatan ruhiyah seseorang juga ditentukan oleh kekuatan akidah yang melekat di hatinya. Hal ini pula yang dilakukan Rasulullah dalam fase awal dakwahnya, yaitu penanaman akidah yang kuat pada generasi sahabat. Hal ini dapat terlihat jelas dengan turunnya surat Al-Muzzamil pada awal periode Mekkah.
Beberapa hal yang mencakup persiapan spiritual ini adalah memiliki kejelasan loyalitas, memiliki akhlakul karimah, qiyamul lail, tilawah Al-Qur’an, dan dzikrullah.
 2.      Persiapan Intelektual
Ilmu adalah landasan seorang muslimah melakukan sesuatu. Dalam sebuah hadits disebutkan “Barang siapa yang melakukan sesuatu tanpa didasari ilmu maka ia tertolak”.
Semakin pesatnya kemajuan di bidang sains dan teknologi  di era modern ini menuntut seorang muslimah tidak hanya cukup memiliki tingkat ruhiyah yang tinggi tetapi juga harus dibekali dengan intelektualitas (tsaqafah). Sehingga dalam perjalanan dakwahnya tidak ada seorang muslimah yang tidak update seputar informasi yang berkembang ataupun gaptek. Hal ini juga sangat penting agar seorang muslimah lebih mudah dalam berdakwah (mudah diterima dakwahnya dan juga mudah dalam meyakinkan objek dakwahnya).
Adapun keilmuan yang harus dimiliki oleh seorang muslimah minimal mencakup tiga hal yaitu pengetahuan keislaman, pengetahuan modern dan pengetahuan kecakapan (keahlian).
 3.      Persiapan Fisik
 Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai di sisi Allah daripada mukmin yang lemah, dan pada keduanya ada  kebaikan…” (HR. Muslim)
Hadits di atas menunjukkan bahwa kekuatan fisik juga sangat penting dimiliki seorang muslimah untuk menunjang kegiatan dakwahnya. Hal ini dapat dilakukan dengan menjaga kesehatan secara teratur, yaitu dengan cara mengonsumsi makanan yang halal dan bergizi, istirahat yang cukup, menjaga kebersihan dan kesucian diri serta senantiasa berolahraga.
 4.      Persiapan Materi
Tidak dapat dipungkiri bahwa materi adalah sesuatu yang sangat vital bagi kehidupan kita, tidak terkecuali bagi muslimah. Begitu pun dengan kelangsungan dakwah juga membutuhkan kekuatan materi atau finansial yang memadai. Oleh sebab itu, muslimah pun harus mampu mandiri dari segi finansial, tidak salah jika ada pepatah “Muslim harus kaya”, karena dengan kekayaannya seorang muslimah memiliki andil yang cukup besar untuk kemajuan dakwah. Rasulullah pun telah mencontohkan kepada kita mengenai ekonominya. Ketika usia dua belas tahun, Rasulullah SAW telah menyertai pamannya berdagang di Syam, begitu pun ketika beliau dewasa, beliau mengadakan usaha dagang dengan harta Khadijah yang kemudian menjadi istrinya. Inilah contoh nyata Rasulullah agar kita mandiri bahkan bisa bersedekah serta memajukan dakwah dari segi finansial.



Ibu, padamu ingin kubercerita...........






Ibu, padamu ingin kubercerita... 
Tentang lembayung hati ini. Seonggok hati tengah terkapar menangisi, saat yang diinginkan tak sejalan dengan kenyataan. Aku ingin sekali mengeja takdirku, bu... Ingin bisa menebak apa skenario ALLAH selanjutnya. Apakah itu salah? Meski aku tahu, hal itu takkan bisa terjadi...

Ibu, kau yang paling tahu aku segalanya. Baik buruknya diriku tak ada yang tertutupi darimu... Kumohon gunakan naluri keibuanmu untuk dapat memberikan petunjuk seandainya urusan yang tengah aku hadapi ini adalah yang terbaik bagiku. Jangan biarkan jiwa ini galau, resah dan gelisah dalam menanti segala sesuatunya.

Aku sedang belajar untuk bisa mengesampingkan ego diri. Aku mencoba untuk bisa menerima apapun takdir yang Alloh jatuhkan untukku, sekalipun menyakitkan. Mungkin saat ini akan membuatku menangis, tapi aku yakin suatu hari aku kan dibuatNya bahagia. Bukankah begitu, bu?

Ibu, padamu ingin kubercerita, tentang hari-hari yang sempat menyedihkan, bahkan membuatku khawatir dan hampir putus asa. Tapi, kau lagi yang selalu menemani di sisiku. Bersyukurnya aku, memiliki tempat berbagi sepertimu.

Ibu... Doakan selalu yang terbaik untukku.........

Transformasi Hidupku










“kapan kamu mulai berjilbab?”

Jika pertanyaan itu diberikan kepada aktivis dakwah maka sebagian besar mungkin akan menjawab,

“dari TK!”

“dari SD!”

“dari kapan ya? Udah lupa. Udah dari kecil sih pakai jilbabnya”.

Apalagi untuk seorang ketua departemen keputrian sebuah lembaga dakwah kampus, pastinya jawaban yang diberikan tak jauh dari itu. Namun, jika pertanyaan itu dilontarkan kepadaku, tentu aku akan menjawab dengan cepat dan tepat karena aku masih ingat dengan sangat jelas sekitar 3,5 tahun yang lalu dimana untuk pertama kalinya aku memutuskan untuk istiqomah memakai jilbab. Bisa jadi pembaca kaget dengan jawaban yang kuberikan. Apalagi jawaban ini didengar saat aku menjadi ketua keputrian di JMMI ITS.

Dalam kehidupan, pasti akan ada yang berubah maupun yang bertambah. Entah tambahan itu apakah suatu hal yang menyenangkan ataukah hal yang menyedihkan. Seperti juga perubahan yang terjadi padaku tanggal 31 Agustus 2008. Hari yang bagiku sangat bersejarah karena di hari itulah keputusan besar (bagiku) diambil. Keputusan untuk membuka kehidupan yang baru. Yup, aku memutuskan untuk memakai jilbab seterusnya. Telat mungkin ya, tapi better late than never kan??

Sebenarnya, dari kecil aku tumbuh di lingkungan yang cukup islam meski keluargaku cukup heterogen. Aku termasuk anak yang rajin mengaji dan ikut MTQ juga. Terbukti dari prestasi pernah menjadi juara lomba cerdas cermat agama islam dan juara 1 MTQ meski cuma tingkat kecamatan, hehe.. Namun, entah kenapa aku hanya PD berjilbab ketika mengaji, ada acara keluarga atau ketika pondok ramadhan di sekolah. Aku tak pernah mau dibelikan baju seragam panjang dan berjilbab, meski abah selalu berpesan agar aku memakai jilbab apalagi ketika aku mau masuk SMP. Alasanku, kalau aku memakai jilbab di sekolah pasti terlihat tambah kecil (logis ga sih?). Alasan dan keteguhan tak berjilbab ini pun bertahan hingga SMA.

Masa-masa SMA bisa dibilang masa paling hedon yang pernah kualami. Mulai dari suka banget jalan-jalan dan shoping, nonton konser, pokoknya seneng-seneng aja kerjaannya. Hal ini terjadi mungkin karena kurangnya pengawasan dari orang tua dan aku yang begitu mudah mengikuti tren yang ada di sekolah. Meski begitu, di sekolah aku tergolong siswi yang punya nilai-nilai cukup gemilang, jadi sekretaris OSIS, sering juara di lomba-lomba PMR, dan masuk kelompok siswi yang dibimbing khusus untuk olimpiade. Mungkin karena prestasi-prestasi ini yang membuat orang tuaku sangat mempercayaiku dalam segala hal. Apapun yang kuinginkan selalu dipenuhi, anak tunggal pula. Huuuffttt,, masa-masa SMA, masa-masa banyak dosa (astaghfirulloh T.T).

Sampai pada akhirnya, teman sekamar kos waktu kelas 3, sebut saja Ratih, memutuskan untuk berjilbab di pertengahan semester. Hal tersebut diikuti Fita yang berjilbab mulai pada saat perpisahan kelas 3. Keputusan teman-teman kos juga ada beberapa teman-teman SMA yang lumayan dekat denganku membuatku sedikit berfikir dan termotivasi. Dorongan mereka serta ajakan-ajakan mereka membuatku mulai tertarik untuk berjilbab. Ceritanya mulai ada benih-benih tobat di hati,, hehehe.

Pertengahan tahun 2008 aku mulai tinggal di Surabaya bersama keluarga tante di Manukan untuk mengikuti intensif SNMPTN. Alhamdulillah, setelah cukup galau dengan jurusan yang ingin kuambil dan tanpa alasan memilih kimia ITS sebagai pilihan kedua, akhirnya aku diterima di jurusan itu. Mulai dari daftar ulang, melakukan berbagai macam tes dan ESQ sampai mencari kos, aku sendirian. Tak ada teman ataupun keluarga yang mengantar. Tapi hal itu menjadi tidak sulit karena ada beberapa pos yang dijaga mahasiswa yang bisa kujadikan tempat bertanya, bahkan aku mendapat berbagai macam stiker dan peta ITS serta beberapa informasi penting seputar ITS. Inilah kali pertama aku kenal dengan JMMI. Baru aku tahu di tahun keduaku di ITS kalau mas-mas dan mbak-mbak yang membantuku itu adalah panitia kegiatan SALAM JMMI.

Singkat cerita, setelah menjalani berbagai kegiatan khusus mahasiswa baru serta bertemu dengan teman-teman jurusan maupun teman-teman kos, babak baru kehidupanku pun dimulai. Diawali dengan bertemunya aku dengan teman-teman jurusan yang banyak berkerudung. Apalagi cara berkerudung mereka membuat mereka tambah cantik. Tak ketinggalan teman kos yang sudah cukup dekat denganku juga sangat memotivasiku saat aku menceritakan niatku untuk berjilbab. Meski saat itu masih ragu, sangat ragu.

Keputusan besar itu pun ku ambil pada tanggal 31 Agustus 2008. Pagi-pagi setelah bersih-bersih kos, aku bilang pada teman kosku, sebut saja Nurul kalau aku besuk ingin berjilbab. Aku juga meminta Nurul untuk menemaniku membeli beberapa kerudung dan baju panjang. Nurul dengan antusias bersedia menemaniku belanja. Awalnya memang tidak yakin, namun akhirnya ku teguhkan niatku untuk berjilbab. Meskipun motivasi pertamanya yaitu ingin tampil lebih anggun dan cantik (nah lhooo…).

Senin, 1 September 2008 adalah hari pertama aku memakai jilbab di kampus. Banyak komentar baik dari teman-teman di jurusan. Malah ada yang bilang, “semoga benar-benar istiqomah,, yaa”.. amin, kujawab dengan senyuman. Mulai hari itu, setiap keluar rumah aku selalu memakai jilbab tapi masih memakai celana dan tanpa kaos kaki. Jilbab yang kupakai pun jilbab yang kecil-kecil dan simpel-simpel aja. Maklum, selain juga tidak punya rok, koleksi jilbabku pun masih sangat sedikit.

Pada bulan yang sama, untuk pertama kalinya aku mengikuti kegiatan yang namanya mentoring. Niat awal mengikuti kegiatan ini ya karena wajib. Eh, lama-lama ketagihan juga. Mbak mentorku sangat baik, pintar pula di kuliah. Jadi selain bisa belajar ilmu agama, aku juga bisa tanya-tanya mata kuliah dengan beliau. Aku juga sering mendapat info adanya kajian-kajian di kampus, baik kajian yang umum maupun kajian keputrian. Dari situ aku mulai sadar arti pentingnya jilbab bagi setiap muslimah.

Jilbab memang hanya sebatas kain, tapi hakekat dari jilbab itulah yang sedikit demi sedikit mulai kupahami. Hakekat jilbab adalah hijab lahir batin, hijab mata, hijab lidah, hijab telinga, hijab hidung, hijab kaki, hijab pikiran, dan hijab hati dari segala hal yang tidak disukai oleh ALLAH SWT. Sepertinya memang sulit dan butuh komitmen yang sangat tinggi untuk benar-benar melaksanakan hakekat jilbab ini. Mungkin karena itulah menahan hawa nafsu termasuk dalam jihad. Namun, bila kita sudah bisa melakukan itu semua maka jilbab yang kita pakai akan menyinari hati kita… itulah hakekat jilbab. (berasa kaburo maktan ni,, belum sepenuhnya menjalankan itu semua,, just share apa yang sebenarnya ingin aku wujudkan menjadi prinsip setiap muslimah. Meskipun saat ini, aku juga masih harus banyak belajar untuk melaksanakan itu semua).

Kembali ke cerita ya.. Setelah beberapa bulan mentoring, di bulan Desember aku mengikuti pelatihan yang diadakan Lembaga Dakwah Jurusan (LDJ) Kimia (CIS). Pelatihan itu dinamakan Laboratorium Pendalaman Islam I (LPI I). Dari LPI aku mulai mengenal dan memahami yang namanya dakwah, mulai mengenal yang namanya aktivis dakwah, dan banyak sekali ilmu yang kudapat. Tak lupa juga ukhuwah yang begitu hangat dari mbak-mbak pengurus CIS waktu itu.

Sampai pada suatu hari ketika liburan minggu tenang semester 1 di akhir bulan Desember 2008, waktu itu aku masih di rumah Blitar. Tiba-tiba ada sms dari mbak mentor untuk bergabung dengan JMMI. Waktu itu smsnya tidak kubalas karena aku belum tahu harus menjawab apa. Esok paginya, aku ditelfon oleh salah satu pengurus BPM JMMI yang juga seniorku. Beliau cerita banyak tentang kondisi BPM, JMMI dan banyak hal deh pokoknya. Entah karena angin apa, sorenya aku memberikan jawaban “iya” aku mau bergabung dengan BPM JMMI.

Berawal dari kesan pertama yang begitu menggoda, selanjutnya aku semakin tergoda untuk terjerumus ke dalam jalan yang ternyata sangat banyak mengubah hidupku. Merasa aneh sih karena aku bukanlah seorang ADS (aktivis dakwah sekolah), aku juga bukan seorang santri, tapi aku sungguh mendapat perlakuan yang begitu baik di lembaga ini. Aku mendapat banyak pembinaan secara personal dari mbak-mbak yang membuatku semakin memahami banyak hal yang dulu tak pernah ku pikirkan, mampir di pikiran pun tidak. Apa itu? Yup,, BERDAKWAH.

Aku juga semakin memahami bagaimana seharusnya seorang muslimah berperilaku sehingga sedikit demi sedikit pola hidupku pun berubah. Waktu-waktuku kini berisi hal-hal yang lebih bermanfaat. Sibuk sih, tapi semua itu terbayar dengan kepuasan yang mungkin tak bisa dilukiskan dengan kata-kata (lebay). Tapi memang benar lho, sangat berbeda jika kubandingkan aktivitasku dengan teman yang mungkin lebih punya banyak waktu luang, bisa santai, atau mungkin bisa punya waktu lebih banyak untuk belajar dan mengerjakan tugas. Dengan begitu, Alhamdulillah aku lebih bisa menghargai waktu dan memanfaatkannya dengan optimal (meski kadang rasa malas masih tetap ada,,,, fitrah…hehehe).

Penampilanku pun ikut berubah (bukan hanya karena aku pengurus JMMI lho ya!!), mulai dari selalu memakai kaos kaki kalau keluar rumah. Meski awalnya masih suka paki celana, Alhamdulillah mulai semester 4 sudah istiqomah pakai rok. Jilbab pun sedikit demi sedikit mulai bertambah ukurannya. Semua itu bukan malah membuatku tidak nyaman atau yang sering dibilang orang “ribet”. Malah aku sangat nyaman dan aman memakai itu semua. Teman-temanku SD,SMP dan SMA yang dulu sering jahil dan menggodaku, setelah melihat penampilanku sekarang jadi meghormatiku dan berlaku sopan padaku. Meskipun pada awalnya meraka kaget dan tidak percaya seorang Isti bisa berubah seperti ini. ALLAH SWT memang sangat sayang padaku, terbukti kan dengan memberikanku hidayah seperti ini. ;)

Keberadaanku di JMMI akhirnya membuatku melepas himpunan dan UKM di tahun ke-4. Mulai dari tahun ke-3 saat menjadi wakabiro administrasi di BPM, aku merasa lebih nyaman dan dibutuhkan di JMMI. Akhirnya, saat Majelis Akbar, tak kusangka dan tak kuduga aku dipilih menjadi ketua keputrian. Subhanallah, syookkkkk bangeetttt… Dengan cerita masa lalu yang seperti itu, apakah aku pantas? Aku bukanlah akhwat yang sudah terbiasa berjilbab lebar, berkata sangat santun, bahkan harus bisa menjadi contoh muslimah yang lain. Astaghfirullah, aku hanyalah seorang Istiqomah yang masih harus banyak belajar tentang ini semua. Tidak secepat ini seharusnya. Seringkali berfikir seperti itu, bahkan sering menyesal kenapa dulu menerima tawaran mbak-mbak untuk terus aktif di JMMI. Tapi ini semua adalah skenario-Nya. Allah telah memberikanku kesempatan merasakan kehidupan yang berbeda agar aku bisa belajar dan mengambil hikmah dari semua yang telah terjadi. Sampai pada akhirnya hidayah itu datang dan tanpa perlu waktu yang lama aku dipertemukan dengan saudara-saudara yang selalu mendekatkanku kepada-Nya. Sekali lagi, semua itu tak luput dari ketentuan-Nya. Bahkan daun yang jatuh pun sudah menjadi takdir-Nya. Kini tugasku harus berusaha menyusun titik-titik perjalanan hidupku dengan lebih baik dan lebih cantik lagi sehingga aku tak lagi keluar dari jalur-Nya.

Jazakumulloh, kusampaikan kepada semua yang selalu memberikan semangat dan inspirasi, terutama saat keputusan untuk berjilbab yang akhirnya banyak merubah hidupku sekarang. Untuk para pembaca tak lupa juga untuk diriku sendiri; ..”bila kamu memakai jilbab itu lah karunia dan rahmat yang datang dari Allah SWT yang Maha Pemberi Rahmat. Bila kamu mensyukuri rahmat itu kamu akan diberi kekuatan untuk melaksanakan amalan-amalan jilbab hingga mencapai kesempurnaan yang diinginkan Allah SWT… Ingatlah akan satu hari dimana seluruh manusia akan dibangkitkan.. ketika ditiup terompet yang kedua kali… Pada saat roh-roh manusia seperti anai-anai yang bertebaran dan dikumpulkan dalam satu padang yang tiada batas, yang tanahnya dari logam yang panas, tidak ada rumput maupun tumbuhan. Ketika tujuh matahari didekatkan di atas kepala kita namun keadaan gelap gulita. Ketika ibu tidak memperdulikan anaknya, anak tidak memperdulikan ibunya. Sanak saudara tidak kenal satu sama lain lagi, kadang satu sama lain bisa menjadi musuh. Ketika manusia berbaris dengan barisan yang panjang dan masing-masing hanya memperdulikan nasib dirinya. Pada saat itu ada yang berkeringat karena rasa takut yang luar biasa hingga menenggelamkan dirinya. Rupa-rupa bentuk manusia bermacam-macam tergantung dari amalannya. Ada yang melihat ketika hidupnya namun buta ketika dibangkitka. Badan yang berbentuk seperti hewan, ada yang berbentuk seperti syetan. Semuanya menangis… menangis karena hari itu Allah SWT murka… Belum pernah Allah SWT murka sebelum dan sesudah hari itu… hingga ribuan tahun manusia didiamkan Allah SWT dipadang mahsyar yang panas membara hingga Timbangan Mizan digelar itulah hari Hisab… Bila kita tidak berusaha untuk beramal dihari ini, entah dengan apa nanti kita menjawab bila kita di sidang oleh Yang Maha Perkasa, Yang Maha Besar, Yang Maha Kuat, Yang Maha Agung. Allah SWT…

Sekedar pengingat untuk kita semua…. Ayoo,, cantikkan dirimu, cantikkan lakumu, cantikkan tuturmu dengan berjilbab dan melaksanakan amalan-amalannya…. Mumpung masih ada kesempatan lhooo…. Jangan sampai ketinggalan  :)