menjadi muslimah pembentuk peradaban


 Wanita adalah sebuah madrasah, apabila engkau persiapkan dengan baik maka sebenarnya engkau sedang mempersiapkan sebuah bangsa (generasi) yang mulia.
Bila kau letakkan seorang ibu sebagai pengajar, kau akan melihat suatu bangsa yang harum namanya”
“Mendidik muslimah artinya mendidik ummat”. Muslimah adalah madrasah pertama bagi putra putrinya. Selain itu muslimah merupakan pengatur lingkungan terkecil dalam dakwah. Begitu besarnya peran muslimah menuntut adanya berbagai penyiapan melalui serangkaian pembinaan yang terencana dan kontinyu. Pembinaan tersebut harapannya dapat menghasilkan muslimah yang tidak hanya solehah, tetapi juga calon istri yang taat dan ibu bagi generasi  (maratus sholihah, wa zaujatul muthiah, wa ummul madrasah). Hal inilah yang menjadi dasar pentingnya dakwah muslimah.
“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik apa yang telah mereka kerjakan.”
( QS. An-Nahl : 97)
Muslimah penggerak harus menyadari benar tentang tanggung jawab dakwah ilallah dan ketundukan kepada Allah SWT sebagai suatu yang pertama dan utama. Tidak bisa dipungkiri bahwa peran muslimah menempati tempat tersendiri dengan segala kekhasan yang dimilikinya dalam memperjuangkan dakwah muslimah. Kita bisa bercermin pada pribadi-pribadi muslimah seperti istri Rasulullah dan shahabiyah dalam pentas kehidupannya yang menggambarkan kemandirian, ketangguhan dan jiwa kepemimpinan, jiwa-jiwa seorang tokoh yang mampu menjadi ikutan dalam menyeru muslimah dan manusia ke jalan Allah.
Seorang muslimah mempunyai tanggung jawab besar dalam menjalani kehidupan ini. Menjadi anak terhadap orang tuanya, menjadi istri terhadap suaminya, manjadi ibu terhadap anak-anaknya, dan manjadi da’iyah sebagai pelayan umat. Untuk itu semua dibutuhkan muslimah tangguh; tangguh ruhiyahnya, tangguh fikriyahnya, dan tangguh jasadiyahnya.
Dalam menjalankan perannya dalam semua dimensi kehidupan, muslimah harus menyiapkan dirinya. Adapun persiapan yang perlu dilakukan oleh seorang muslimah adalah sebagai berikut.
 1.      Persiapan Spiritual
Keimanan merupakan pondasi utama yang harus dimiliki oleh seorang mukmin. Ukuran kekuatan ruhiyah seseorang juga ditentukan oleh kekuatan akidah yang melekat di hatinya. Hal ini pula yang dilakukan Rasulullah dalam fase awal dakwahnya, yaitu penanaman akidah yang kuat pada generasi sahabat. Hal ini dapat terlihat jelas dengan turunnya surat Al-Muzzamil pada awal periode Mekkah.
Beberapa hal yang mencakup persiapan spiritual ini adalah memiliki kejelasan loyalitas, memiliki akhlakul karimah, qiyamul lail, tilawah Al-Qur’an, dan dzikrullah.
 2.      Persiapan Intelektual
Ilmu adalah landasan seorang muslimah melakukan sesuatu. Dalam sebuah hadits disebutkan “Barang siapa yang melakukan sesuatu tanpa didasari ilmu maka ia tertolak”.
Semakin pesatnya kemajuan di bidang sains dan teknologi  di era modern ini menuntut seorang muslimah tidak hanya cukup memiliki tingkat ruhiyah yang tinggi tetapi juga harus dibekali dengan intelektualitas (tsaqafah). Sehingga dalam perjalanan dakwahnya tidak ada seorang muslimah yang tidak update seputar informasi yang berkembang ataupun gaptek. Hal ini juga sangat penting agar seorang muslimah lebih mudah dalam berdakwah (mudah diterima dakwahnya dan juga mudah dalam meyakinkan objek dakwahnya).
Adapun keilmuan yang harus dimiliki oleh seorang muslimah minimal mencakup tiga hal yaitu pengetahuan keislaman, pengetahuan modern dan pengetahuan kecakapan (keahlian).
 3.      Persiapan Fisik
 Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai di sisi Allah daripada mukmin yang lemah, dan pada keduanya ada  kebaikan…” (HR. Muslim)
Hadits di atas menunjukkan bahwa kekuatan fisik juga sangat penting dimiliki seorang muslimah untuk menunjang kegiatan dakwahnya. Hal ini dapat dilakukan dengan menjaga kesehatan secara teratur, yaitu dengan cara mengonsumsi makanan yang halal dan bergizi, istirahat yang cukup, menjaga kebersihan dan kesucian diri serta senantiasa berolahraga.
 4.      Persiapan Materi
Tidak dapat dipungkiri bahwa materi adalah sesuatu yang sangat vital bagi kehidupan kita, tidak terkecuali bagi muslimah. Begitu pun dengan kelangsungan dakwah juga membutuhkan kekuatan materi atau finansial yang memadai. Oleh sebab itu, muslimah pun harus mampu mandiri dari segi finansial, tidak salah jika ada pepatah “Muslim harus kaya”, karena dengan kekayaannya seorang muslimah memiliki andil yang cukup besar untuk kemajuan dakwah. Rasulullah pun telah mencontohkan kepada kita mengenai ekonominya. Ketika usia dua belas tahun, Rasulullah SAW telah menyertai pamannya berdagang di Syam, begitu pun ketika beliau dewasa, beliau mengadakan usaha dagang dengan harta Khadijah yang kemudian menjadi istrinya. Inilah contoh nyata Rasulullah agar kita mandiri bahkan bisa bersedekah serta memajukan dakwah dari segi finansial.



0 komentar:

Posting Komentar