Masih lekat dalam
ingatan, saat menghabiskan waktu bersama. Berbagi cerita, merenda impian dan
angan bersama. Lagi-lagi selalu dengannya…
Banyak waktu yang tak
pernah kulewatkan sedetik pun untuk sekadar menyapanya. Bahkan mengeluarkan
unek-unekku yang tiada habisnya. Hingga malam menjelang tiba, sungguh tak
terasa…
Momen-momen yang
selalu dijalani bersama, tak ayal membuat banyak orang iri akan kekompakkan
kami. Seperti sepasang kakak-adik yang selalu ceria menikmati segala aktivitas.
Menemaninya adalah
hobiku, seperti dia juga yang selalu menemaniku… Dari mengurusi keperluan hal
sederhana hingga yang rumit, tak lepas aku darinya. Ahh, seperti saudara kembar
yang sulit dipisahkan...
Sampai suatu saat, ada
sebuah obrolan diantara kami… Ketika bercerita tentang masa depan, apa yang
perlu dipersiapkan dan bagaimana menghadapinya. Banyak petuah bijak yang
diberikannya. Aku ingat ketika banyak hal sepele yang kini rasanya sangat
berarti ketika aku terapkan. Contohnya saja, aku belajar darinya untuk bisa
mengarsipkan data-data dengan rapi. Ya, data-data yang berkaitan semua dengan
anggota keluarga. Dimulai dari akte kelahiran, KTP, struk pembayaran PAM, PLN
dan berkas-berkas lainnya. Semuanya dia simpan dengan rapi dalam sebuah map.
Dulu aku anggap sepele sebuah kebiasaan seperti itu, tapi ternyata kini baru
terasa… Aku harus mempraktekannya pula...
Dan masih ingat juga…
Ketika nasihatnya membuatku harus berlaku lemah-lembut terhadap siapapun, tidak
mudah mengeraskan suara dan mengangkat dahi lalu harus banyak mengalah hanya
agar aku bisa diterima keberadaannya oleh orang lain. Kemudian dia juga
mengajariku untuk bisa menjadi seorang wanita yang mandiri, tak ketergantungan
terhadap siapapun. Bahkan beliau berpesan untuk aku bisa mencari penghasilan
sendiri, agar tak mudah meminta-minta pada orang lain sekalipun itu pada suami
atau anggota keluarga sendiri...
Struggle.. Ya, aku melihatnya
seperti itu. Usia yang hampir senja, dengan semangatnya yang berjiwa muda tak
membuatnya lelah dan berdiam diri di rumah sebagai ibu rumah tangga biasa. Dia
tetap aktif dalam mengikuti majelis ta’lim, dia juga masih terus jalan
kesana-sini demi menawarkan barang dagangannya. Atau dia sampai
terkantuk-kantuk demi menjaga toko kecil yang tak seberapa pendapatannya. Ya,
dia lakukan demi anaknya yaitu aku...
Dialah yang selalu
mampu menstabilkan perekonomian keluarga, memposkan segala pemasukan untuk bisa
diposkan kembali sebagai pengeluaran dengan baik...
Ahh.. habis kata untuk
aku bisa mendefinisikannya. Dengan segala keterampilan yang dia punya, sebagai
juru buat kue (paling jago kalu masalah ini), juru dakwah, juru dagang atau juru-juru lainnya… yang pasti beliau
bagiku adalah juru ibu yang paling hebat sedunia…
Sampai sekarang dimana
aku sudah jarang untuk bisa selalu bersamanya… Tak mampu lagi untuk selalu menemaninya….
Aku akan selalu mengingat segala petuah dan ajaran-ajarannya yang bermakna…
Sebisa mungkin aku akan mempraktekannya dengan baik… Menjadi seorang anak yang
harus tetap berbakti pada orang tua, dan aku adalah aku… Dimanapun berada,
kehadiranku harus bisa memberi manfaat… Setidaknya itupula yang menjadi pesan
dari seorang wanita hebat di kehidupanku.
Untukmu ibuku… Aku
sangat rindu…..
Ibuku... Ketika rindu
menyergap kalbu. Hanya bisa kutitipkan salam cintaku, semoga DIA menjagamu
selalu... Luv u...
0 komentar:
Posting Komentar