sedikit cuplikan BAB 1,, :)



Salah satu potensi biota laut perairan Indonesia adalah alga makro atau dikenal dalam perdagangan sebagal rumput laut (seaweed). Alga makro laut ini tidak mempunyai akar, batang dan daun sejati yang kemudian disebut dengan thallus, karenanya secara taksonomi dikelompokkan ke dalam Divisio Thallophyta. Empat kelas cukup besar dalam divisio ini adalah Chlorophyta (alga hijau), Phaeophyta (alga coklat), Rhodophyta (alga merah), dan Cyanophyta (alga biru-hijau) (Tarsoen, 2001).
struktur phlorotannin
Ditinjau secara biologi, alga merupakan kelompok tumbuhan yang berklorofil yang terdiri dari satu atau banyak sel dan berbentuk koloni. Alga mengandung bahan-bahan organik seperti polisakarida, hormon, vitamin, mineral dan juga senyawa bioaktif. Sejauh ini, pemanfaatan alga sebagai komoditi perdagangan atau bahan baku industri masih relatif kecil jika dibandingkan dengan keanekaragaman jenis alga yang ada di Indonesia. Padahal komponen kimiawi yang terdapat dalam alga sangat bermanfaat bagi bahan baku industri makanan, kosmetik, farmasi dan lain-lain. Kandungan bahan-bahan organik yang terdapat dalam alga merupakan sumber mineral dan vitamin untuk agar-agar, salad rumput laut maupun agarose. Agarose merupakan jenis agar yang digunakan dalam percobaan dan penelitian dibidang bioteknologi dan mikrobiologi. Potensi alga sebagai sumber makanan (terutama rumput laut), di Indonesia telah dimanfaatkan secara komersial dan secara intensif telah dibudidayakan terutama dengan teknik polikultur (kombinasi ikan dan rumput laut) (Eri, 2007).
Alga hijau, alga merah ataupun alga coklat merupakan sumber potensial senyawa bioaktif yang sangat bermanfaat bagi pengembangan industri farmasi seperti sebagai anti bakteri, anti tumor, anti kanker atau sebagai reversal agent. Selain itu, dalam industri agrokimia juga dapat dimanfaatkan untuk antifeedant, fungisida dan herbisida. Kemampuan alga untuk memproduksi metabolit sekunder terhalogenasi yang bersifat sebagai senyawa bioaktif dimungkinkan terjadi, karena kondisi lingkungan hidup alga yang ekstrem seperti salinitas yang tinggi atau akan digunakan untuk mempertahankan diri dari ancaman predator. Namun pemanfaatan sumber bahan bioaktif dari alga belum banyak dilakukan. Berdasarkan proses biosintesisnya, alga laut kaya akan senyawa turunan dari oksidasi asam lemak yang disebut oxylipin. Melalui senyawa ini berbagai jenis senyawa metabolit sekunder diproduksi (Eri, 2007).
Polifenol merupakan salah satu senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman air (Waterman and Mole, 1994). Salah satu anggota polifenol yang banyak terdapat dalam tanaman dan akhir-akhir ini banyak diteliti adalah senyawa tanin. Berdasarkan strukturnya, tanin dibedakan menjadi tiga, yaitu hydrolysable tannins, Flavonoid-based condensed tannins, dan phlorotannins (Karban and Baldwin, 1997). Phlorotanin merupakan polifenol yang hanya terdapat dalam alga cokelat dan berpotensi memiliki sifat antioksidan. Hal ini karena pada senyawa polifenol, kapasitas antioksidan dipengaruhi oleh adanya cincin fenol yang berfungsi untuk menangkap elektron dan mencegah peroksi, superoksida-anion, dan radikal hidroksil. Phlorotanin dari alga cokelat mempunyai hingga delapan cincin fenol yang saling berhubungan (Hemat, 2007).  Senyawa phlorotanin merupakan hasil polimerisasi dari monomer phloroglucinol (1,3,5-trihidroksibenzena) (Ragan dan Glombitza, 1986).
Sampai saat ini, belum ada metode khusus untuk mengisolasi senyawa tanin dari tanaman (Hagerman, 1988). Pada penelitian ini, isolasi senyawa phlorotanin dari alga cokelat menggunakan metode ekstraksi dengan pelarut aseton. Penggunaan pelarut aseton dalam ekstraksi bertujuan untuk meningkatkan hasil ekstraksi karena aseton dapat menghambat interaksi antara tanin dengan protein selama ekstraksi (Hagerman, 1988) bahkan dapat memecah ikatan hidrogen antara tanin dan protein (Porter, 1989).
Secara umum, metode untuk analisa phlorotanin menggunakan metode coulorimetric yang bertujuan untuk mengetahui kandungan fenolat total (Amsler dan Fairhead, 2006).  Kandungan fenolat total dalam alga cokelat diukur menggunakan larutan phloroglucinol sebagia standar karena diketahui bahwa phloroglucinol tidak mengandung senyawa fenolat selain phlorotanin (Stern et al., 1996b). Konsep dasar pengukuran adalah untuk mengukur konsentrasi total kelompok hidroksil fenolik yang ada dalam ekstrak alga cokelat (Waterman dan Mole, 1994).

2 komentar:

depalpiss mengatakan...

pertanyaanya kalau alga itu punah.. katakanlah sesabnya karena pencemaran.. kemudian minimnya pelestarian alga tersebut...

Kira2 apa yg terjadi yah???

BTW, nice sharing.. thanks dan salam kenal sobat :)smile

senyumistiqomah mengatakan...

makanya,, kita harus enjaga lingkungan sehingga ga terjadi pencearan, toh sampah2 yg ada di laut juga berasal dari darat juga kan?? ulai dari diri sendiri dulu utk menjaga kelestarian lingkungan spya sumber hayati yg ada di bumi bisa tetap ada...

Posting Komentar