akhir-akhir ini aku dapet banyak sekali undangan walimah,, hmm melihat usia yang sudah kepala dua, kadang berfikir juga ingin segera membangun keluarga kecil bahagia seperti yg selama ini aku impikan.. :).. sebenarnya tidak hanya aku yang berfikir seperti itu, banyak teman2ku yang juga ingin segera menikah, bahkan ada yg sudah merencanakan kapan akan menikah, padahal calon juga belum punya.. -_-"
aku pernah berada diantara orang-orang yang punya keimanan kuat, dan aku juga pernah berada di antara orang-orang yang luar biasa baik secara dunia, tetapi sangat kurang agamanya. Mari kita kaji lebih dalam, apakah kita benar-benar sudah siap untuk ikut-ikutan ataukah hanya hasrat sesaat? Mungkin aku akan mengulik juga lebih dalam mengenai tipe lingkungan yang kedua tersebut.
Hmm, untuk menuju kesana, tentu saja kita harus punya kesiapan diri. Tidak hanya kesiapan fisik, yang lebih penting adalah kesiapan mental. Mari kita spesifikkan kita menjadi aku. (hehee, lebih gampang untuk mengambil sampel diri sendiri). Aku sendiri kadang merasa sudah siap secara fisik untuk menikah, beberes, nyuci, setrika, masak, dan merawat orang aku bisa, sangat mudah untuk menikah jika syaratnya hanya itu. tapiii...........
Jika dirangkum, kriteria suami/istri idaman itu ada 4 syarat. Rasul pun menganjurkan 4 syarat ini yang adalah :
1. Memiliki agama yang baik. Jelas minimal rukun Islam harus terpatri dan diaplikasikan. Yang paling sulit dari kelima itu mungkin shalat 5 waktu, karena itu dilakukannya rutin dan banyak sekali orang yang suka lupa atau ketiduran dan bablas untuk shalat. Sebenarnya apa sih tujuan alasan agama ini menjadi syarat utama? Jelas, agama adalah pegangan hidup, tuntunan selama di dunia dan bekal menuju akhirat. Gimana bisa mencapai surga dan membawa pasangan masuk ke surgaNya jika dalam keseharian agama menjadi nomor kesekian. Terutama bagi laki-laki, bagaimana istri bisa mengimami suaminya jika suaminya saja tidak mengimami agamanya? Bagaimana ia bisa bertanggungjawab terhadap keluarganya jika ia tidak bisa bertanggungjawab terhadap agamanya? Bagaimana ia bisa membimbing keluarganya, jika ia sendiri tidak membimbing dirinya untuk mendekatkan diri padaNya. Contoh paling kecil sekali adalah shalat, dan ini sering sekali ditemukan, apalagi di tengah-tengah kita sebagai mahasiswa.
Sepertiga dari kita adalah ikhwan dan akhwat yang taat pada agamanya. Sepertiga nya lagi menjadikan agamanya hanya sebagai rutinitas saja namun tetap menjadikannya sebagai pegangan, terutama jika sedang terkena musibah. Sepertiga sisanya menjadikan agama hanya sebagai sampingan, jika ingat dikerjakan, jika tidak ingat yasudah apa boleh buat. Jelas, seharusnya orang dengan tipe sepertiga terakhir harus di exclude untuk menjadikannya sebagai pasangan hidup kita. Jelas dia lah orang yang tidak bisa bertanggung jawab terhadap Tuhannya. Astaghfirullah, semoga kita tidak termasuk orang yang seperti itu. Karena kita tidak pernah ingat bahwa ada hari akhir yang akan membalas perbuatan kita selama di dunia. Menjadi orang baik saja tanpa ibadah tidak cukup, karena tidak ada bentuk rasa syukur kita dalam bentuk ibadah tersebut.
Orang tipe ketiga adalah tipe duniawi, yang lebih banyak menggantungkan dirinya pada yang orang, padahal bukankah Allah juga udah bilang jelas2 bahwa kita tidak boleh berharap kepada selainNya. Itu artinya, jika ada apa-apa, berharap lah sama Allah, berdoa lah sama Allah.
Menjaga hijab juga bisa menjadi patokan kedua selain rukun islam. Menjaga hijab bukan hanya berarti tidak salaman dengan lawan jenis. Contohnya, Orang yang masih kesana kemari dengan bebas dan bersikap berlebihan dan terlalu dekat dengan lawan jenis juga tidak wajar.
2. Dari keturunan yang baik. Keluarga nya taat beragama, tidak ada riwayat penjahat, perceraian, tidak ada riwayat penyakit genetic, dan terhormat. Terhormat disini bukan berarti terkenal loh, tapi karena kesantunan keluarganya yang dilihat oleh orang-orang di sekelilingnya.
3. Fisiknya baik, bukan berarti ganteng atau cantik, tapi mungkin lebih kearah tidak ada cacat di tubuhnya yang membatasi dia untuk bergerak.
4. Hartanya. Saya meletakkan ini di urutan terakhir, karena saya berpikir untuk harta akan ditanggung bersama-sama ke depannya. Kita hanya bisa melihat apakan dia prospektif ke depannya atau tidak. Jika kita berpendidikan tinggi dan pasangan kita hanya lulusan SD, ya mikir juga dong. Carilah jodoh yang sesuai untukmu, yang setara dengan pendidikanmu, pergaulanmu
Saya mengupas agama lebih banyak, karena memang agama lah yang punya porsi paling besar. 70% adalah agamanya, sisanya @10%. Karena apa tujuan kita sebagai manusia? Menjadi Khalifah di muka bumi, dan apa tujuan kita menikah? Selain mengikuti sunnah rasul, juga mencari pendamping untuk menggapai surgaNya bersama-sama. Indah kan kalau happy ending dan masuk surga bareng? Aamiin..
Dimulai dari diri kita sendiri, apa yang kita inginkan dari pasangan kita, adalah apa yang harus kita lakukan. Jika ingin dapat yang baik, jadilah orang baik. Jika ingin dapat yang shalih, ya shalih juga, jangan mau kalah dong. Jadikan calon pasangan kita adalah target kita. Kalo kita maunya semau kita saja, tapi kita mau dapet yang baik, jangan harap deh. Di tengah jalan nanti kita akan kalah saingan dengan yang lain, bisa aja kan calon kita direbut oleh orang lain yang lebih baik. Maka, berlomba-lombalah menjadi orang yang baik. “wanita2 yang baik untuk laki2 yang baik, begitu pula laki2 yang baik untuk wanita2 yang baik”. Baik dalam hal agama, sikap, sifat, dan perbuatan. Semoga kita bisa menjadi selalu yang lebih baik. Aamiin..
0 komentar:
Posting Komentar