setetes air dari wastafel




Alhamdulillah, segala puji bagi Engkau, hanya Engkaulah yang pantas untuk dipuji. Terima kasih ya Allah karena Engkau telah menghadirkan aku di posisi seperti ini, sehingga aku banyak sekali belajar. Karena setiap orang bisa belajar dari hal yang berbeda-beda, maka Engkau memberikanku pelajaran dari satu kejadian, yang bermakna dan penting dalam hidupku.

Aku cuma setetes air yang mengalir dari wastafel dan akan mencapai ujungnya di lautan bebas. Siapa sih aku diantara derasnya air laut? Untuk menuju lautan itu jauh sekali. Aku harus melalui pipa air menuju selokan, lalu ke sungai kecil, sungai besar, dan kemudian baru aku sampai ke laut. Apa tujuan aku ke laut? Untuk menjadi muslimah seutuhnya, yang tahan terpaan dan kuat menghadapi hidup di dunia dan akhirat. Aku hanya manusia biasa, yang berusaha berjuang untuk itu. Dan saat kejadian ini terjadi, aku baru ada di selokan. Selokan? Ya! Ini masalah yang mudah sebenarnya aku lalui, karena di depan masih banyak yang harus aku hadapi. Gimana sih arus air selokan? Gitu2 aja kan? Apa kabarnya nanti aku masuk sungai? Lalu laut? Bukan Cuma arus kecil yang aku hadapi, bahkan sampai tsunami.

Tapi justru dari selokan ini awal membangun pondasi yang lebih kokoh. Aku rapuh. Ya! Dulu aku berpikir, aku butuh orang lain untuk membantu aku supaya tidak rapuh. Tidak! Aku bisa sendiri. Aku harus bisa, karena sesungguhnya selain bertanggungjawab pada org2 sekitarnya, seorang muslim itu wajib bertanggungjawab pada dirinya sendiri.

Berubah! Ya, itu adalah pilihan. Sesungguhnya, orang baru bisa berubah dan mengakui kesalahannya jika ia telah kehilangan, jika ia diberikan suatu kejadian luar biasa. Berubah juga bukan Cuma karena kejadian, tapi juga didasari niat yang kuat dan keikhlasan. Nawaitu, aku berniat di dalam hati, dan aku lakukan dengan perbuatan. Berubah, melibatkan kemampuan diri untuk melawan hawa nafsu. Sesungguhnya menahan hawa nafsu lebih sulit dibandingkan perang badar, perang terbesar sepanjang Rasulullah hidup. Berubah juga bukan hanya saat itu, lebih susah untuk mempertahankan daripada mengubah.

Aku berubah untuk apa? Tentu saja membuat diriku lebih baik. Maha suci Allah, tolong bantu aku untuk membersihkan hatiku dan pikiranku. Aku jadikan kejadian ini sebagai trigger perubahan, tapi aku berubah bukan untuk kejadian ini.
Alhamdulillah ya Allah, tak henti2nya aku bersyukur berada di posisi seperti ini, aku menikmati setiap proses pembelajaran ini, Life is like a DEBIT card, pay first and enjoy later. Fainna maal usri yusro, inna maal usri yusro, maka seseungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan. Nulisnya aja sampe 2x loh, kurang apalagi janji Allah? Man jadda wajada, kalau kamu berusaha, kamu akan memetik hasilnya. Yah inti semuanya bersulit-sulit dahulu dn bersenang2 kemudian deh. Karena Allah tau apa yang kamu butuhkan, maka kembalikan lagi dan serahkan kepada Allah segala urusan kita. insyaAllah segalanya berjalan lancar.

Bismillahirrahmanirrahim, semoga ini menjadi awal yang baik untuk kita semua. Amin.

0 komentar:

Posting Komentar