karena aku percaya






Meski entah kapan saatnya tiba


Ini hanya masalah waktu


Misteri yang indah mengalir bersama air dan terbang bersama angin.




Tapi, akankah kau percaya itu terjadi suatu hari nanti?

Karena aku percaya....



Untuk sebuah dialog tanpa ruang dan tepi

Ragaku, masih disini

Menanti.....

still here

Kau ada disini,,,




Hanya saja, mungkin Allah sedang menguji persahabatan kita. Percayalah, ada rindu meski tidak terucapkan. Ada curahan hati meski tidak tersampaikan. Ada kepedulian meski tidak tertunjukkan. Suatu hari nanti, Allah akan menunjukkan jalan yang entah seberapa jauh dan berliku, tapi kita dan sahabat yang lain, pasti bersatu, dalam kebaikan, dan ridho-Nya. Dalam suatu hubungan, yang dibangun karena-Nya...

I really love you





I’m feeling tired today
Left alone in the room hugging a pillow
Touching my phone distracted my mind
It’s lonely to eat tonight


Suddenly, i was frightened by the ringing phone
my mom’s worried voice asked if i’ve eaten
these words annoyed me but today it’s different
The forgotten promises are remembered

I will be a person with pretty heart
And become a person who is selfless
I’ll keep the love of my mother’s wishes
I think of mother who used to share my dreams and brush my hair

Though I’ve made hurtful wrong choices
You silently watched over me from behind
But now I think more than an innocent child
The meaning of mom’s silent prayers

What will i do, yet my heart is small
Can I do better without holding mother’s hand

I’m afraid that it will still lack
I’ll be a wise daughter of my mom
I will be a proud daughter no matter where I go
I’ll keep the love of my mother’s wishes
I’ll show endless love
I’ll have a warm heart
I’m shy to express to mom

That I really love my mom

smile :)




"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia & hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia".


Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".


(QS. Al Isra [17]: 23-24)

masih sama


Ya Allah.. aku takut
Jaga aku, dengan penjagaan sempurna-Mu
bantu aku mengendalikan diriku
mengendalikan hati dan sikapku
mudahkan usahaku untuk beristiqomah
mudahkan Ya Allah.. mudahkan..






dalam diam aku berikhtiar, dalam diam aku mempersiapkan

optimal!!




sedang galau2nya mengerjakan tugas akhir. sering merasa ga mampu, apalagi dengan pemahaman mata kuliah yg tidak seberapa melekat dalam otak. huufftt,, kadang sempet nyesel juga kenapa ga serius menjalani ini semua. Astaghfirullah, penyesalan memang selalu datang di akhir. tapi ga boleh terus2an menyesal, apalagi malah jadi malesan. keep struggle, because there are many people wait ur success.. Do the best as u can!! Selama ini mana pernah sampe ngerasa kaya gini?? yakinlah, pasti bisa terlewati dg indah.. Allah sayang padamu,, masih belum percaya kah?? astaghfirullah,, isti mohon ampun ya Allah..

meski masih terseok-seok dengan berbagai halangan dan rintangan yg tiba2 datang,, jangan takut!! ini adalah batu loncatan, untuk kamu bisa lebih kencang berlari.. tetep SEMANGAT dan YAKIN BISA!!

ayoo,, optimalkan usahamu, biar Ia yang menyelesaikan apa yang tak mampu kau melakukannya.

lakukan sesuai kemampuanmu (yg sesungguhnya), dan biarkan Ia menyelesaikan selebihnya.. ^_^

seperti balita yang tidak takut jatuh saat belajar berjalan.. karena tanpa melaluinya, dia takkan bisa berlari \o/

kisah klasik

hehe,, ketawa ketiwi saat buka2 file LKMM yang pernah kuikuti.. setiap kali akan mengikuti LKMM pastinya harus menyertakan essay "WHO AM I".. paling muales sebenernya kalu disuruh nulis beginian.. sedikit mengambil salah satu essay yang entah lupa ini untuk pelatihan apa. PP LKMM kayaknya... unyu dan polos banget ternyata aku dulu.. wkwkwk.. :D



WHO AM I

Saya, Istiqomah adalah seorang gadis yang lahir di kota Blitar pada 8 Februari 1990. Terlahir sebagai anak pertama dari pasangan suami istri Mukani dan Mistiani. Sejak dilahirkan sampai sekarang, saya tinggal bersama orang tua dan adik saya di Kebonroto, Sidomulyo, Selorejo, Blitar. Sebagai anak pertama sebagai harapan orang tua dan contoh yang baik bagi adik saya, dari kecil saya berusaha untuk menjadi yang terbaik dalam segala hal. Salah satunya dengan menimba ilmu di almamater ITS, Surabaya, tepatnya di jurusan Kimia FMIPA ITS. Karena cita-cita tersebut, saya harus meninggalkan kampung halaman tercinta dan tinggal di Surabaya tepatnya di Keputih gang makan D-06. Tinggal jauh dari keluarga membuat saya lebih mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Inilah perubahan yang sangat saya inginkan selama ini.
Saya adalah orang periang dan mudah beradaptasi dengan lingkungan di sekitar saya. Saya peka dan perasa jika ada suatu hal yang berbeda di lingkungan saya terutama perubahan itu terjadi pada orang-orang terdekat saya. Secara keseluruhan, saya adalah orang yang mampu ditebak sifat maupun suasana hatinya. Saya bukan orang yang pandai menyembunyikan kebahagiaan, kemarahan, kesedihan, maupun kegelisahan, serta keputus-asaan yang melanda diri saya. Itulah saya, seorang yang periang, perasa, mudah ditebak, namun penuh keyakinan melangkahkan kaki di kehidupan yang singkat ini.
Saya adalah manusia yang diciptakan dengan ketidak sempurnaan, namun sebagai manusia yang haqiqi, saya harus selalu bergerak maju dalam setiap langkah kehidupan saya. Seperti pelangi yang memiliki keanekaragaman warna, manusia pun memiliki keanekaragaman dalam menentukan tujuan hidupnya yang tergambarkan pada setiap perilaku dan aktivitas. Dengan kerja keras, tekun, kesabaran dan berdoa, saya yakin kelak saya dapat meraih apa yang saya impikan. Rasa yakin dengan perjuangan akan membuahkan hasil yang baik adalah pegangan dalam hidup saya untuk terus maju apapun yang terjadi. Dari sekian banyak ketidaksempurnaan yang saya miliki, pemalas dan pelupa adalah kata yang tepat untuk menunjukkan sisi dominan dari ketidak sempurnaan yang ada pada diri saya selama ini. Namun rasa yakin yang saya miliki dapat meyakinkan diri saya bahwa semua itu akan berubah.
Karena tidak dapat dipungkiri dalam kurun 1,5 tahun terakhir inilah saya merasakan begitu banyak perubahan yang terjadi pada diri saya. Misalnya, untuk mengantisipasi rasa malas, saya selalu memotivasi diri saya dengan cara mengingat dan menulis kata-kata penyemangat dari sosok yang paling berjasa dan selalu mendukung dalam setiap langkah saya yaitu ibu saya. Sifat pelupa yang saya miliki mendorog saya untuk selalu membuat jadwal harian dan menulis agenda apa yang harus saya lakukan pada hari itu. Dalam segala hal, belum terlalu banyak untuk menjadi manusia sempurna, namun cukup untuk melangkahkan satu langkah kaki saya dalam menjadi manusia yang lebih baik.
Sebagai manusia yang memiliki perbedaan dengan manusia yang lain, maka diperlukan rasa saling mengerti, peduli dan tanggung jawab dalam melakukan setiap aktivitas dalam kehidupan. Disini, ketiga sifat tersebut merupakan pedoman saya untuk belajar mengerti keadaan yang ada di lingkungan sekitar saya. Mengerti, peduli, dan tanggung jawab adalah pegangan saya dalam menjalin kehidupan dengan sesama manusia maupun dengan sesama zat ciptaan ALLAH SWT.
Saya saat ini mengemban amanah di Keluarga Mahasiswa ITS (KM-ITS) menjadi staff Departemen Humas HIMKA, pengurus organisasi di Koperasi Mahasiswa “dr. Angka” ITS (KOPMA “dr. Angka” ITS). Peran saya di KOPMA “dr. Angka” ITS adalah sebagai staff Pengembangan Sumber Daya Anggota (PSDA). Dalam bidang ini, saya mempunyai amanah dalam pengembangan sumber daya anggota yang meliputi kaderisasi, pemeliharaan, dan pembianaan anggota.  Selain sebagai staff PSDA, saya di KOPMA “dr. Angka” ITS diamanahi juga sebagai Trainer KOPMA yang tergabung dalam forum yang diberi nama BLUEBERRY. Dalam forum ini, saya dapat menggali seluruh potensi yang ada dalam diri saya karena untuk menjadi seorang Trainer KOPMA dituntut harus bisa berpikir krirtis dan kreatif dalam menyusun sebuah materi.  Selain itu, saya juga dituntut untuk bisa berkomunikasi secara efektif kepada para peserta. Kemampuan ini juga harus saya miliki ketika menjadi Pemandu LKMM. Walaupun memiliki kesibukan yang cukup tinggi, saya tetap berpegang teguh pada prinsip bahwa antara kegiatan organisasi dan kegiatan akademik sebisa mungkin tidak saling menggganggu. Karena saya yakin bahwa nantinya pada saat  berada di dunia kerja, softskill juga sangat saya butuhkan. Oleh karena itu, untuk tahun ketiga dan nanti, sebisa mungkin tetap berkontribusi di organisasi tersebut. Tahun ketiga dengan menjadi kabid dagri di HIMKA dan asdir PSDA di KOPMA.



yaahh,, di tahun ketiga ternyata tak seperti rencana.. kabid dagri?? ga jadi.. maaf untuk kakak2 yg merasa kecewa dg keputusan saya dulu. asdir psda?? alhamdulillah,, janji ini tertunaikan.. awalnya ga niat nulis ini di essay tapi akhirnya malah jadi semangat,,hoho suka banget.. apalagi kekeluargaannya.. amanah ini jugalah yg membuatku banyak belajar.. mbak ajeng,, thanks for everything you do for me.. di tengah2 sibuknya LAB dan PABRIK,, mbak selalu membimbing dan menyemangatiku.. krisna,, sahabat seperjuangan yg selalu membantu dan menyemangati.. maaf pernah mengecewakan dg janji yg tak dapat kutunaikan saat LKMM TM dulu.. thanks utk nasehat2nya.. grace,, i luv u... you always be my best friend :)




ga tau kenapa,, tiba2 kangen masa2 itu.. bersama kalian,,,..... 

Mendidik dg Cinta by Irawati Istadi



 “Dasar bandel! Dasar anak nakal! Sudah dibilangi kalau minta susu ya diminum, dihabisin. Nggak malah ditumpahkan ke lantai seperti itu! Susu itu mahal!” Seorang ibu uring-uringan memarahi Fifi, anaknya yang baru berusia 3 tahun. Bagaimana ia tidak jengkel, bila lantai yang baru saja dipel kini kotor lagi oleh tumpahan susu si kecil. Si kecil pun diam sambil menatap wajah ibunya yang kecapekan.

Sementara seorang ayah memarahi Latif, anaknya yang kelas satu SD, setelah dilapori wali kelasnya bahwa anaknya itu ketahuan mencuri uang temannya. “Kecil-kecil sudah jadi pencuri! Mau jadi apa kamu kalau besar nanti?” Katanya sambil berkacak pinggang.

Memang, mendidik anak memerlukan kesabaran ekstra. Ada kalanya orang tua kehilangan kontrol saat kondisi fisiknya lelah atau emosinya tidak stabil. Kata-kata makian terhadap anak seperti bandel, nakal, badung, dan sebagainya, seringkali meluncur tanpa dapat ditahan. Padahal, makian atau celaan seperti itu akan sangat menjatuhkan harga diri anak dan berakibat buruk bagi perkembangannya.

Mencerca Pribadi Hancurkan Harga Diri

Dalam masa perkembangannya semenjak lahir, setiap anak belajar menilai segala sesuatu. Begitu juga yang terjadi pada persoalan penilaian diri. Setiap anak akan menilai dan memandang seperti apa keadaan dirinya sendiri sesuai dengan cara pandang orang tuanya terhadap diri si anak.

Apabila pribadinya sering dicerca dengan julukan-julukan buruk seperti anak nakal, bengal, tak tahu aturan, pencuri, bodoh, pemalas, dan sejenisnya, maka akan terbentuk keyakinan dalam diri anak bahwa memang seperti itulah sebenarnya taraf kepribadiannya. Selanjutnya ia akan merasa wajar jika berbuat nakal, toh ayah ibu menyebutnya ‘anak nakal’.

Perkembangan buruk seperti ini bila diteruskan akan sampai pada tahap di mana anak akan selalu berusaha berperilaku sesuai anggapan terhadap kepribadiannya tersebut, sehingga ia akan merasa tak pantas jika berbuat baik, yang notabene menyalahi keyakinannya sebagai anak nakal dan bengal tersebut.

Sampai tahap ini perilaku anak bisa jadi sangat membuat orang dewasa terheran-heran, sebab ia sudah tak mempan lagi diberi nasihat dan motivasi untuk mau berbuat baik, kecuali jika perbaikan dimulai dengan mengubah cara pandangnya yang keliru dalam menghargai pribadinya sendiri. Sungguh ini sebuah perbaikan yang sulit untuk dilakukan.

Begitulah kenyataannya, bahwa setiap orang membentuk kepribadian sesuai dengan cara pandangnya terhadap dirinya sendiri. Itu sebabnya, akan sangat fatal akibatnya jika dalam masa perkembangan anak diberi contoh untuk menilai dirinya dengan sebutan dan panggilan yang buruk.

Anak tetap anak, sekalipun perilakunya buruk. Yang buruk adalah perilakunya, sementara pelakunya tetaplah anak baik. Jika patut dibenci, maka perilakunya yang harus dikutuk, bukan pelakunya. Sang anak sebagai pelaku tetap berhak untuk dicintai, disayangi, dan dihargai.

Jika Anak Salah, Tegur Perilakunya

Ketika seorang anak berbuat kesalahan, orang tua harus menegur ‘perilaku’ tersebut, tanpa mencela pelakunya. Anak harus mengerti letak kesalahannya. Ia harus mengerti betul bahwa orang tuanya marah, kecewa dan membenci perilaku yang baru saja dilakukannya, bukan marah dan membencinya.

Agar anak tahu bahwa orang tuanya tidak menyukai perilakunya, maka sebaiknya orang tua menunjukkan perasaan kecewa, marah dan ketidaksukaannya dengan sejelas-jelasnya. Bisa dengan mimik wajah yang penuh emosi, bisa pula dengan kata-kata yang keras.

Kembali pada kedua contoh kasus di awal tulisan ini, untuk Fifi yang menumpahkan susunya, akan lebih baik bila ibu marah dengan menegur perilakunya. “Fifi, sudah ibu bilangi berkali-kali kalau menumpahkan susu itu jelek! Itu perbuatan mubadzir! Susu itu harganya mahal!”

Sedangkan untuk kasus Latif, akan lebih baik bila ayah tidak menyebutnya sebagai pencuri. “Latif, kamu kan tahu mencuri itu perbuatan buruk? Dosa! Kenapa kamu melakukannya? Kalau butuh uang, bilang sama ayah, jangan mencuri milik orang lain!”

Kedua contoh tersebut sudah dapat menggambarkan dengan jelas apa yang dirasakan oleh ayah dan ibu. Tujuannya agar anak mengerti perasaan orang tua tentang perilaku anak yang buruk itu. Di sisi lain diharapkan dalam diri anak sendiri akan timbul perasaan yang tidak enak menghadapi kemarahan orang tuanya.

Cukup Sekali Saja

Teguran orang tua cukup dinyatakan sekali saja, anak sudah bisa memahami perasaan orang tuanya. Bila pernyataan ini diulang-ulang justru akan menimbulkan kebosanan, dan anak merasa digurui. Cara mendisiplinkan anak seperti itu tidak efisien.

Banyak orang tua yang merasa perlu memberi nasihat panjang lebar terhadap kesalahan anaknya, karena menangkap kesan anak tidak mendengar nasihat yang dikatakan orang tua. Anak-anak itu berbuat seenaknya, tak mendengar omelan orang tua. Tingkah anak itu membuat orang tua jengkel dan merangsangnya untuk semakin memperpanjang dan mengulang-ulang nasihat, semata-mata untuk melampiaskan kejengkelannya.

Sekali lagi, sikap orang tua sebenarnya cukup dinyatakan sekali, ditunjang ekspresi wajah tak lebih dari satu menit. Inilah bagian awal dari metode disiplin yang disebut teguran satu menit. Selanjutnya, akan tercipta suasana yang tidak menyenangkan bagi anak. Pada saat ini sebaiknya orang tua diam sejenak agar suasana yang tidak enak ini benar-benar dirasakan anak. Manfaatkan waktu ini untuk menarik nafas panjang, seakan telah usai menyelesaikan tugas berat berupa pengungkapan rasa kecewa atas perilaku anak yang buruk.

Selanjutnya, Hargai Pelakunya

Bagian berikutnya adalah saatnya menggunakan kebenaran lain selain kebenaran pertama yang telah dikatakan terlebih dahulu. Kebenaran kedua ini adalah bahwa diri anak-anak sebagai ‘pelaku’ sebenarnya tetap baik, bahwa orang tua tetap mencintai sepenuh hati, karena mereka pada dasarnya adalah anak-anak yang salih.

Bagian kedua ini harus diucapkan orang tua dengan ekspresi wajah penuh kasih sayang dan kelembutan. Bila perlu dengan memeluk dan mencium, agar anak bisa langsung merasakan bahwa bagaimanapun buruknya perilaku mereka, ternyata orang tua tetap mencintainya. Pernyataan ini pun tidak perlu diulang, cukup sekali saja.

Misalnya, untuk kasus Fifi, setelah ibu marah dan menegur perilakunya yang buruk, maka sebaiknya ibu membelai kepalanya sambil berkata, “Fifi kan anak salihah, anak pintar. Lain kali jangan menumpahkan susu lagi ya sayang…”

Demikian juga untuk kasus Latif. Setelah ayah menunjukkan kemarahannya, alangkah bijaksananya bila kemudian ia memeluk anaknya itu seraya berkata, “Latif kan anak yang salih…Masa’ anak salih mencuri, nanti jadi temannya setan. Lain kali jangan diulangi lagi ya….”

Kelebihan Metode Ini

Metode teguran satu menit mempunyai banyak kelebihan.

Pertama, melatih disiplin anak-anak untuk bisa meninggalkan perilaku yang buruk. Dalam setengah menit yang pertama, anak mengerti bahwa tindakannya yang buruk telah membuat orang tuanya kecewa dan marah. Peristiwa itu akan masuk ke alam memorinya, selanjutnya memorinya mencatat mana perilaku baik yang disenangi orang tua, dan mana perilaku buruk yang membuat orang tuanya kecewa dan marah.

Selanjutnya, dalam setengah menit kedua, anak segera dapat menemukan kembali citra dirinya yang positif sebagai anak yang baik. Mereka sangat menikmati belai kasih orang tua dalam selang waktu yang singkat ini. Buahnya, mereka menjadi senang dan bagga terhadap dirinya sendiri yang baik seperti kata orang tuanya.

Satu hal penting yang tak boleh dilupakan orang tua adalah semakin anak menyenangi dirinya sendiri, semakin besar kemauannya untuk berperilaku lebih baik.

Keuntungan kedua, metode ini bisa digunakan sebagai alat komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak. Banyak orang tua mengeluh karena tak bisa memahami jalan pikiran anaknya. Banyak yang tak mengenal anaknya sendiri karena kemacetan komunikasi. Anak tak pernah mau menyampaikan permasalahan yang ia hadapi kepada orang tua. Dengan bantuan metode ini, sedikit demi sedikit mulai berkembang iklim keterbukaan antara orang tua dengan anak. Komunikasi pun menjadi lancar, akrab dan harmonis. Hal ini bisa terjadi karena keberanian orang tua menunjukkan perasaan terhadap anak tanpa mencerca. Dalam setengah menit pertama menyalahkan habis-habisan perilaku anak yang buruk. Tetapi setelah itu menyatakan bahwa diri pribadi anak selalu tetap baik dan dicintai orang tua.

Memang dalam praktiknya metode ini agak sulit dilakukan, karena orang tua seolah-olah harus ‘bersandiwara’. Setelah marah-marah harus mengungkapkan rasa sayang. Yang pasti, walaupun sulit, tetapi demi perkembangan jiwa anak, tentu metode ini layak untuk dibiasakan...

Ketika rindu menyergap kalbu




Masih lekat dalam ingatan, saat menghabiskan waktu bersama. Berbagi cerita, merenda impian dan angan bersama. Lagi-lagi selalu dengannya…

Banyak waktu yang tak pernah kulewatkan sedetik pun untuk sekadar menyapanya. Bahkan mengeluarkan unek-unekku yang tiada habisnya. Hingga malam menjelang tiba, sungguh tak terasa…

Momen-momen yang selalu dijalani bersama, tak ayal membuat banyak orang iri akan kekompakkan kami. Seperti sepasang kakak-adik yang selalu ceria menikmati segala aktivitas.
Menemaninya adalah hobiku, seperti dia juga yang selalu menemaniku… Dari mengurusi keperluan hal sederhana hingga yang rumit, tak lepas aku darinya. Ahh, seperti saudara kembar yang sulit dipisahkan...

Sampai suatu saat, ada sebuah obrolan diantara kami… Ketika bercerita tentang masa depan, apa yang perlu dipersiapkan dan bagaimana menghadapinya. Banyak petuah bijak yang diberikannya. Aku ingat ketika banyak hal sepele yang kini rasanya sangat berarti ketika aku terapkan. Contohnya saja, aku belajar darinya untuk bisa mengarsipkan data-data dengan rapi. Ya, data-data yang berkaitan semua dengan anggota keluarga. Dimulai dari akte kelahiran, KTP, struk pembayaran PAM, PLN dan berkas-berkas lainnya. Semuanya dia simpan dengan rapi dalam sebuah map. Dulu aku anggap sepele sebuah kebiasaan seperti itu, tapi ternyata kini baru terasa… Aku harus mempraktekannya pula...

Dan masih ingat juga… Ketika nasihatnya membuatku harus berlaku lemah-lembut terhadap siapapun, tidak mudah mengeraskan suara dan mengangkat dahi lalu harus banyak mengalah hanya agar aku bisa diterima keberadaannya oleh orang lain. Kemudian dia juga mengajariku untuk bisa menjadi seorang wanita yang mandiri, tak ketergantungan terhadap siapapun. Bahkan beliau berpesan untuk aku bisa mencari penghasilan sendiri, agar tak mudah meminta-minta pada orang lain sekalipun itu pada suami atau anggota keluarga sendiri...

Struggle.. Ya, aku melihatnya seperti itu. Usia yang hampir senja, dengan semangatnya yang berjiwa muda tak membuatnya lelah dan berdiam diri di rumah sebagai ibu rumah tangga biasa. Dia tetap aktif dalam mengikuti majelis ta’lim, dia juga masih terus jalan kesana-sini demi menawarkan barang dagangannya. Atau dia sampai terkantuk-kantuk demi menjaga toko kecil yang tak seberapa pendapatannya. Ya, dia lakukan demi anaknya yaitu aku...

Dialah yang selalu mampu menstabilkan perekonomian keluarga, memposkan segala pemasukan untuk bisa diposkan kembali sebagai pengeluaran dengan baik...

Ahh.. habis kata untuk aku bisa mendefinisikannya. Dengan segala keterampilan yang dia punya, sebagai juru buat kue (paling jago kalu masalah ini), juru dakwah, juru dagang atau juru-juru lainnya… yang pasti beliau bagiku adalah juru ibu yang paling hebat sedunia…

Sampai sekarang dimana aku sudah jarang untuk bisa selalu bersamanya… Tak mampu lagi untuk selalu menemaninya…. Aku akan selalu mengingat segala petuah dan ajaran-ajarannya yang bermakna… Sebisa mungkin aku akan mempraktekannya dengan baik… Menjadi seorang anak yang harus tetap berbakti pada orang tua, dan aku adalah aku… Dimanapun berada, kehadiranku harus bisa memberi manfaat… Setidaknya itupula yang menjadi pesan dari seorang wanita hebat di kehidupanku.

Untukmu ibuku… Aku sangat rindu…..

Ibuku... Ketika rindu menyergap kalbu. Hanya bisa kutitipkan salam cintaku, semoga DIA menjagamu selalu... Luv u...