“kapan kamu mulai berjilbab?”
Jika
pertanyaan itu diberikan kepada aktivis dakwah maka sebagian besar mungkin akan
menjawab,
“dari
TK!”
“dari
SD!”
“dari
kapan ya? Udah lupa. Udah dari kecil sih pakai jilbabnya”.
Apalagi
untuk seorang ketua departemen keputrian sebuah lembaga dakwah kampus, pastinya
jawaban yang diberikan tak jauh dari itu. Namun, jika pertanyaan itu
dilontarkan kepadaku, tentu aku akan menjawab dengan cepat dan tepat karena aku
masih ingat dengan sangat jelas sekitar 3,5 tahun yang lalu dimana untuk
pertama kalinya aku memutuskan untuk istiqomah memakai jilbab. Bisa jadi
pembaca kaget dengan jawaban yang kuberikan. Apalagi jawaban ini didengar saat
aku menjadi ketua keputrian di JMMI ITS.
Dalam
kehidupan, pasti akan ada yang berubah maupun yang bertambah. Entah tambahan
itu apakah suatu hal yang menyenangkan ataukah hal yang menyedihkan. Seperti
juga perubahan yang terjadi padaku tanggal 31 Agustus 2008. Hari yang bagiku
sangat bersejarah karena di hari itulah keputusan besar (bagiku) diambil.
Keputusan untuk membuka kehidupan yang baru. Yup, aku memutuskan untuk memakai
jilbab seterusnya. Telat mungkin ya, tapi better late than never kan??
Sebenarnya,
dari kecil aku tumbuh di lingkungan yang cukup islam meski keluargaku cukup
heterogen. Aku termasuk anak yang rajin mengaji dan ikut MTQ juga. Terbukti
dari prestasi pernah menjadi juara lomba cerdas cermat agama islam dan juara 1
MTQ meski cuma tingkat kecamatan, hehe.. Namun, entah kenapa aku hanya PD
berjilbab ketika mengaji, ada acara keluarga atau ketika pondok ramadhan di
sekolah. Aku tak pernah mau dibelikan baju seragam panjang dan berjilbab, meski
abah selalu berpesan agar aku memakai jilbab apalagi ketika aku mau masuk SMP.
Alasanku, kalau aku memakai jilbab di sekolah pasti terlihat tambah kecil
(logis ga sih?). Alasan dan keteguhan tak berjilbab ini pun bertahan hingga SMA.
Masa-masa
SMA bisa dibilang masa paling hedon yang pernah kualami. Mulai dari suka banget
jalan-jalan dan shoping, nonton konser, pokoknya seneng-seneng aja kerjaannya.
Hal ini terjadi mungkin karena kurangnya pengawasan dari orang tua dan aku yang
begitu mudah mengikuti tren yang ada di sekolah. Meski begitu, di sekolah aku
tergolong siswi yang punya nilai-nilai cukup gemilang, jadi sekretaris OSIS,
sering juara di lomba-lomba PMR, dan masuk kelompok siswi yang dibimbing khusus
untuk olimpiade. Mungkin karena prestasi-prestasi ini yang membuat orang tuaku
sangat mempercayaiku dalam segala hal. Apapun yang kuinginkan selalu dipenuhi,
anak tunggal pula. Huuuffttt,, masa-masa SMA, masa-masa banyak dosa
(astaghfirulloh T.T).
Sampai
pada akhirnya, teman sekamar kos waktu kelas 3, sebut saja Ratih, memutuskan
untuk berjilbab di pertengahan semester. Hal tersebut diikuti Fita yang
berjilbab mulai pada saat perpisahan kelas 3. Keputusan teman-teman kos juga
ada beberapa teman-teman SMA yang lumayan dekat denganku membuatku sedikit
berfikir dan termotivasi. Dorongan mereka serta ajakan-ajakan mereka membuatku
mulai tertarik untuk berjilbab. Ceritanya mulai ada benih-benih tobat di hati,,
hehehe.
Pertengahan
tahun 2008 aku mulai tinggal di Surabaya bersama keluarga tante di Manukan
untuk mengikuti intensif SNMPTN. Alhamdulillah, setelah cukup galau dengan
jurusan yang ingin kuambil dan tanpa alasan memilih kimia ITS sebagai pilihan
kedua, akhirnya aku diterima di jurusan itu. Mulai dari daftar ulang, melakukan
berbagai macam tes dan ESQ sampai mencari kos, aku sendirian. Tak ada teman
ataupun keluarga yang mengantar. Tapi hal itu menjadi tidak sulit karena ada
beberapa pos yang dijaga mahasiswa yang bisa kujadikan tempat bertanya, bahkan
aku mendapat berbagai macam stiker dan peta ITS serta beberapa informasi
penting seputar ITS. Inilah kali pertama aku kenal dengan JMMI. Baru aku tahu
di tahun keduaku di ITS kalau mas-mas dan mbak-mbak yang membantuku itu adalah
panitia kegiatan SALAM JMMI.
Singkat
cerita, setelah menjalani berbagai kegiatan khusus mahasiswa baru serta bertemu
dengan teman-teman jurusan maupun teman-teman kos, babak baru kehidupanku pun
dimulai. Diawali dengan bertemunya aku dengan teman-teman jurusan yang banyak
berkerudung. Apalagi cara berkerudung mereka membuat mereka tambah cantik. Tak
ketinggalan teman kos yang sudah cukup dekat denganku juga sangat memotivasiku
saat aku menceritakan niatku untuk berjilbab. Meski saat itu masih ragu, sangat
ragu.
Keputusan
besar itu pun ku ambil pada tanggal 31 Agustus 2008. Pagi-pagi setelah
bersih-bersih kos, aku bilang pada teman kosku, sebut saja Nurul kalau aku
besuk ingin berjilbab. Aku juga meminta Nurul untuk menemaniku membeli beberapa
kerudung dan baju panjang. Nurul dengan antusias bersedia menemaniku belanja.
Awalnya memang tidak yakin, namun akhirnya ku teguhkan niatku untuk berjilbab.
Meskipun motivasi pertamanya yaitu ingin tampil lebih anggun dan cantik (nah
lhooo…).
Senin,
1 September 2008 adalah hari pertama aku memakai jilbab di kampus. Banyak
komentar baik dari teman-teman di jurusan. Malah ada yang bilang, “semoga benar-benar istiqomah,, yaa”.. amin, kujawab
dengan senyuman. Mulai hari itu, setiap keluar rumah aku selalu memakai jilbab
tapi masih memakai celana dan tanpa kaos kaki. Jilbab yang kupakai pun jilbab
yang kecil-kecil dan simpel-simpel aja. Maklum, selain juga tidak punya rok,
koleksi jilbabku pun masih sangat sedikit.
Pada
bulan yang sama, untuk pertama kalinya aku mengikuti kegiatan yang namanya
mentoring. Niat awal mengikuti kegiatan ini ya karena wajib. Eh, lama-lama
ketagihan juga. Mbak mentorku sangat baik, pintar pula di kuliah. Jadi selain
bisa belajar ilmu agama, aku juga bisa tanya-tanya mata kuliah dengan beliau.
Aku juga sering mendapat info adanya kajian-kajian di kampus, baik kajian yang
umum maupun kajian keputrian. Dari situ aku mulai sadar arti pentingnya jilbab
bagi setiap muslimah.
Jilbab
memang hanya sebatas kain, tapi hakekat dari jilbab itulah yang sedikit demi
sedikit mulai kupahami. Hakekat jilbab adalah hijab lahir batin, hijab mata,
hijab lidah, hijab telinga, hijab hidung, hijab kaki, hijab pikiran, dan hijab
hati dari segala hal yang tidak disukai oleh ALLAH SWT. Sepertinya memang sulit
dan butuh komitmen yang sangat tinggi untuk benar-benar melaksanakan hakekat
jilbab ini. Mungkin karena itulah menahan hawa nafsu termasuk dalam jihad.
Namun, bila kita sudah bisa melakukan itu semua maka jilbab yang kita pakai
akan menyinari hati kita… itulah hakekat jilbab. (berasa kaburo maktan ni,,
belum sepenuhnya menjalankan itu semua,, just share apa yang sebenarnya ingin
aku wujudkan menjadi prinsip setiap muslimah. Meskipun saat ini, aku juga masih
harus banyak belajar untuk melaksanakan itu semua).
Kembali
ke cerita ya.. Setelah beberapa bulan mentoring, di bulan Desember aku
mengikuti pelatihan yang diadakan Lembaga Dakwah Jurusan (LDJ) Kimia (CIS).
Pelatihan itu dinamakan Laboratorium Pendalaman Islam I (LPI I). Dari LPI aku
mulai mengenal dan memahami yang namanya dakwah, mulai mengenal yang namanya
aktivis dakwah, dan banyak sekali ilmu yang kudapat. Tak lupa juga ukhuwah yang
begitu hangat dari mbak-mbak pengurus CIS waktu itu.
Sampai
pada suatu hari ketika liburan minggu tenang semester 1 di akhir bulan Desember
2008, waktu itu aku masih di rumah Blitar. Tiba-tiba ada sms dari mbak mentor
untuk bergabung dengan JMMI. Waktu itu smsnya tidak kubalas karena aku belum
tahu harus menjawab apa. Esok paginya, aku ditelfon oleh salah satu pengurus
BPM JMMI yang juga seniorku. Beliau cerita banyak tentang kondisi BPM, JMMI dan
banyak hal deh pokoknya. Entah karena angin apa, sorenya aku memberikan jawaban “iya” aku mau bergabung dengan BPM JMMI.
Berawal
dari kesan pertama yang begitu menggoda, selanjutnya aku semakin tergoda untuk
terjerumus ke dalam jalan yang ternyata sangat banyak mengubah hidupku. Merasa
aneh sih karena aku bukanlah seorang ADS (aktivis dakwah sekolah), aku juga
bukan seorang santri, tapi aku sungguh mendapat perlakuan yang begitu baik di
lembaga ini. Aku mendapat banyak pembinaan secara personal dari mbak-mbak yang
membuatku semakin memahami banyak hal yang dulu tak pernah ku pikirkan, mampir
di pikiran pun tidak. Apa itu? Yup,, BERDAKWAH.
Aku
juga semakin memahami bagaimana seharusnya seorang muslimah berperilaku
sehingga sedikit demi sedikit pola hidupku pun berubah. Waktu-waktuku kini
berisi hal-hal yang lebih bermanfaat. Sibuk sih, tapi semua itu terbayar dengan
kepuasan yang mungkin tak bisa dilukiskan dengan kata-kata (lebay). Tapi memang
benar lho, sangat berbeda jika kubandingkan aktivitasku dengan teman yang
mungkin lebih punya banyak waktu luang, bisa santai, atau mungkin bisa punya
waktu lebih banyak untuk belajar dan mengerjakan tugas. Dengan begitu,
Alhamdulillah aku lebih bisa menghargai waktu dan memanfaatkannya dengan
optimal (meski kadang rasa malas masih tetap ada,,,, fitrah…hehehe).
Penampilanku
pun ikut berubah (bukan hanya karena aku pengurus JMMI lho ya!!), mulai dari
selalu memakai kaos kaki kalau keluar rumah. Meski awalnya masih suka paki
celana, Alhamdulillah mulai semester 4 sudah istiqomah pakai rok. Jilbab pun
sedikit demi sedikit mulai bertambah ukurannya. Semua itu bukan malah membuatku
tidak nyaman atau yang sering dibilang orang “ribet”. Malah aku sangat nyaman dan aman memakai
itu semua. Teman-temanku SD,SMP dan SMA yang dulu sering jahil dan menggodaku,
setelah melihat penampilanku sekarang jadi meghormatiku dan berlaku sopan
padaku. Meskipun pada awalnya meraka kaget dan tidak percaya seorang Isti bisa
berubah seperti ini. ALLAH SWT memang sangat sayang padaku, terbukti kan dengan
memberikanku hidayah seperti ini. ;)
Keberadaanku
di JMMI akhirnya membuatku melepas himpunan dan UKM di tahun ke-4. Mulai dari
tahun ke-3 saat menjadi wakabiro administrasi di BPM, aku merasa lebih nyaman
dan dibutuhkan di JMMI. Akhirnya, saat Majelis Akbar, tak kusangka dan tak
kuduga aku dipilih menjadi ketua keputrian. Subhanallah, syookkkkk bangeetttt… Dengan cerita masa lalu yang seperti itu, apakah aku
pantas? Aku bukanlah akhwat yang sudah terbiasa berjilbab lebar, berkata sangat
santun, bahkan harus bisa menjadi contoh muslimah yang lain. Astaghfirullah,
aku hanyalah seorang Istiqomah yang masih harus banyak belajar tentang ini
semua. Tidak secepat ini seharusnya. Seringkali berfikir seperti itu, bahkan
sering menyesal kenapa dulu menerima tawaran mbak-mbak untuk terus aktif di
JMMI. Tapi ini semua adalah skenario-Nya. Allah telah memberikanku kesempatan
merasakan kehidupan yang berbeda agar aku bisa belajar dan mengambil hikmah
dari semua yang telah terjadi. Sampai pada akhirnya hidayah itu datang dan
tanpa perlu waktu yang lama aku dipertemukan dengan saudara-saudara yang selalu
mendekatkanku kepada-Nya. Sekali lagi, semua itu tak luput dari ketentuan-Nya.
Bahkan daun yang jatuh pun sudah menjadi takdir-Nya. Kini tugasku harus
berusaha menyusun titik-titik perjalanan hidupku dengan lebih baik dan lebih
cantik lagi sehingga aku tak lagi keluar dari jalur-Nya.
Jazakumulloh,
kusampaikan kepada semua yang selalu memberikan semangat dan inspirasi,
terutama saat keputusan untuk berjilbab yang akhirnya banyak merubah hidupku
sekarang. Untuk para pembaca tak lupa juga untuk diriku sendiri; ..”bila kamu
memakai jilbab itu lah karunia dan rahmat yang datang dari Allah SWT yang Maha
Pemberi Rahmat. Bila kamu mensyukuri rahmat itu kamu akan diberi kekuatan untuk
melaksanakan amalan-amalan jilbab hingga mencapai kesempurnaan yang diinginkan
Allah SWT… Ingatlah
akan satu hari dimana seluruh manusia akan dibangkitkan.. ketika ditiup
terompet yang kedua kali… Pada saat roh-roh manusia seperti anai-anai yang
bertebaran dan dikumpulkan dalam satu padang yang tiada batas, yang tanahnya
dari logam yang panas, tidak ada rumput maupun tumbuhan. Ketika tujuh matahari
didekatkan di atas kepala kita namun keadaan gelap gulita. Ketika ibu tidak
memperdulikan anaknya, anak tidak memperdulikan ibunya. Sanak saudara tidak
kenal satu sama lain lagi, kadang satu sama lain bisa menjadi musuh. Ketika
manusia berbaris dengan barisan yang panjang dan masing-masing hanya
memperdulikan nasib dirinya. Pada saat itu ada yang berkeringat karena rasa
takut yang luar biasa hingga menenggelamkan dirinya. Rupa-rupa bentuk manusia
bermacam-macam tergantung dari amalannya. Ada yang melihat ketika hidupnya
namun buta ketika dibangkitka. Badan yang berbentuk seperti hewan, ada yang
berbentuk seperti syetan. Semuanya menangis… menangis karena hari itu Allah SWT murka… Belum pernah Allah SWT murka sebelum dan sesudah
hari itu… hingga
ribuan tahun manusia didiamkan Allah SWT dipadang mahsyar yang panas membara
hingga Timbangan Mizan digelar itulah hari Hisab… Bila kita tidak berusaha untuk beramal dihari ini,
entah dengan apa nanti kita menjawab bila kita di sidang oleh Yang Maha Perkasa,
Yang Maha Besar, Yang Maha Kuat, Yang Maha Agung. Allah SWT…
Sekedar
pengingat untuk kita semua…. Ayoo,, cantikkan dirimu, cantikkan lakumu,
cantikkan tuturmu dengan berjilbab dan melaksanakan amalan-amalannya…. Mumpung
masih ada kesempatan lhooo…. Jangan sampai ketinggalan :)